Reporter: Benedicta Prima | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tensi perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China kembali memanas. Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menjelaskan kondisi tersebut menjadi faktor risiko bagi ekonomi Indonesia untuk tumbuh lebih tinggi.
"Kita tidak seagresif target pemerintah 5,3%," jelas Andry di kompleks kantor Bank Mandiri, Rabu (15/5).
Bank Mandiri memperkirakan pertumbuhan ekonomi hingga akhir 2019 hanya mencapai 5,22%. Angka tersebut lebih tinggi bila dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun lalu yang tercatat 5,17%.
Menurut Andry peningkatan tersebut dipicu oleh pertumbuhan kuartal II. Terutama beberapa faktir musiman seperti bergesernya masa musim panen dari Maret ke April, bulan Ramadan dan Idul Fitri, masa libur sekolah serta pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) dan gaji ke-13 bagi Aparatur Sipil Negara (ASN).
"Sumber pertumbuhannya memang konsumsi. Peranan belanja pemerintah sangat membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia," ujar dia.
Sedangkan dari net ekspor, seiring dengan melemahnya permintaan dunia akibat menurunnya pertumbuhan negara-negara besar seperti China dan Uni Eropa, menyebabkan neraca perdagangan barang dan jasa terkoreksi. Ini tergambar dari ekspor data terakhir per April 2019 turun 13,10% secara tahunan (yoy) juga impor turun 6,58% yoy.
Ke depan, Andry mengatakan pemerintah harus terus mendorong sektor pariwisata. Pasalnya saat ini pariwisata menyumbang devisa kedua terbesar setelah crude palm oil (CPO).
Berdasarkan data Kementerian Pariwisata (Kempar) penerimaan devisa tahun lalu mencapai US$ 17 miliar, sedangkan tahun ini ditargetkan mencapai US$ 20 miliar naik 17,6%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News