Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Dana Moneter Internasional (IMF) menggunting proyeksi pertumbuhan ekonomi global dan Indonesia dengan menyoroti meningkatnya risiko eksternal yang semakin membebani pemulihan ekonomi domestik.
IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2025 menjadi 2,8% dan Indonesia menjadi 4,8%.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, perlambatan ekonomi ini tak lepas dari lonjakan proteksionisme global. Terutama kebijakan tarif yang kembali digencarkan Amerika Serikat (AS) sejak awal April 2025.
"IMF mencatat kebijakan perdagangan yang fluktuatif telah menyebabkan koreksi tajam di pasar keuangan, melemahnya sentimen bisnis, dan meningkatnya ketidakpastian kebijakan yang semuanya berkontribusi pada melambatnya momentum ekonomi global," ujar Josua kepada Kontan.co.id, Rabu (23/4).
Baca Juga: IMF Pangkas Prospek Ekonomi Global, Ketegangan Perdagangan Masih Berlanjut
Secara khusus untuk Indonesia, Josua menyebut, pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi dari 5,1% menjadi 4,7% mencerminkan tekanan dari sisi eksternal, termasuk dampak perang dagang terhadap ekspor dan investasi.
"Dalam laporan IMF juga disinggung bahwa trade diversion yang selama ini lebih menguntungkan negara seperti Vietnam dan Meksiko, kini menjadi risiko nyata jika Indonesia tidak cukup siap mengkapitalisasi pergeseran rantai pasok global," kata Josua.
Meskipun ekspor Indonesia masih mencatatkan surplus sebesar US$ 4,33 miliar pada Maret 2025, terutama dari sektor nikel dan tembaga, Josua menyoroti tekanan harga yang dihadapi komoditas lain seperti batubara dan CPO.
Ia juga mengingatkan, kebijakan tarif dari Presiden AS Donald Trump, yang mulai berlaku penuh pada April 2025 berpotensi menekan kinerja ekspor Indonesia ke depan.
Josua memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada akhir tahun 2025 akan menurun dibandingkan tahun sebelumnya.
Menurut Josua, hal ini mencerminkan proses internalisasi risiko global serta normalisasi konsumsi rumah tangga setelah periode Ramadan membatasi pertumbuhan konsumsi.
"Risiko pelemahan rupiah akibat aliran modal keluar serta imported inflation juga menjadi pertimbangan utama," imbuh Josua.
Baca Juga: IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2025 Jadi 4,7%
Josua menyampaikan bahwa pihaknya sedang mempertimbangkan merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun 2025 ke kisaran 4,6%–4,8%, dengan mempertimbangkan pula hasil negosiasi pemerintah Indonesia dengan pihak AS terkait kebijakan dagang.
"Secara keseluruhan, pandangan kami sejalan dengan outlook IMF di mana outlook ekonomi tahun 2025 akan menghadapi tantangan berat," imbuhnya.
Ia menyebut, ketahanan ekonomi nasional akan sangat bergantung pada kemampuan mempertahankan konsumsi domestik, merespons tekanan eksternal melalui diplomasi perdagangan dan investasi, serta mempercepat transformasi industri agar lebih tangguh menghadapi gejolak global.
Selanjutnya: Harga Emas Tergelincir Dua Hari, Ketegangan Perang Dagang Mereda
Menarik Dibaca: Harga Emas Tergelincir Dua Hari, Ketegangan Perang Dagang Mereda
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News