kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom: Empat asumsi makro harus diubah


Rabu, 17 Februari 2016 / 18:38 WIB
Ekonom: Empat asumsi makro harus diubah


Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. Rencana pemerintah merevisi sejumlah poin dalam asumsi makro ditanggapi positif oleh sejumlah ekonom.

Mereka menilai, kondisi ekonomi global saat ini harus disikapi dengan menyusun APBN yang lebih realistis.

Ekonom Samuel Asset Manajemen Lana Soelistyaningsih mengatakan, asumsi yang mutlak harus diubah diantaranya pertumbuhan ekonomi, harga minyak dalam negeri atau ICP, nilai tukar rupiah dan inflasi.

Namun untuk inflasi, Lana memberikan catatan yaitu pemerintah harus menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) kembali.

Jika itu tidak dilakukan, maka asumsi inflasi tidak akan berbuah terlalu jauh dari yang dipatok saat ini sebesar 4,7%.

Penurunan proyeksi inflasi ini dikarenakan harga minyak dunia yang turun hingga mendekati level US% 30 per barrel.

Nah, terkait harga minyak Lana menilai asumsi ICP saat ini sudah tidak relavan.

Oleh karenanya, harus diubah dari US$ 50 per barrel menjadi US$ 30 per barrel.

"Implikasi perubahan ICP ini sangat signifikan terhadap postur anggaran," kata Lana, Rabu (17/2).

Ia juga melihat, nilai tukar rupiah bisa menguat dari perkiraan semula sebesar Rp 13.900 per Dollar AS menjadi lebih rendah dari Rp 13.500 per Dollar AS.

Pertimbangannya, karena sejumlah negara menerapkan suku bunga negatif, sehingga menyebabkan aliran modal akan lebih besar.

Untuk pertumbuhan ekonomi Lana memperkirakan bisa lebih lambat dari perkiraan, mengingat pelambatan ekonomi global yang lebih dalam.

Saat ini pertumbuhan ekonomi diasumsikan sebesar 5,3%. Lana menilai harus direvisi menjadi 5,1%-5,2%.

Adapun untuk item asumsi makro lainnya, Lana melihat masih cukup relevan.

Sementara ekonom Bank Standard Chartered Aldian Talo Putra bilang, untuk asumsi makro yang berubah diantaranya nilai tukar kemungkinan justru akan melemah.

Namun Ia tidak menyebutkan angkanya, yang pasti masih ada risiko pelemahan dalam negeri.

Sedangkan inflasi masih tetap sebesar 4,7% dengan alasan, volatile food masih mengalami gejolak.

Sehingga harga minyak dunia tidak banyak memengaruhinya.

Kemudian untuk ICP Ia memperkirakan level yang tepat adalah US$ 30 per barel.

Lalu untuk pertumbuhan akan tetap sebesar 5,3% sesuai APBN 2016. (Asep Munazat Zatnika K.)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×