Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Ekonom Bank Danamon Dian Ayu Yustina berpendapat, setidaknya ada dua alasan BI mempertahankan tingkat suku bunganya. Pertama, menurunkan defisit transaksi berjalan ke level yang lebih sehat.
Pada semester kedua kemungkinan defisit untuk melonjak tinggi lantaran serapan belanja pemerintah dalam membangun infrastruktur. Meskipun begitu, penurunan harga minyak dunia akan sangat membantu menurunkan defisit. Secara keseluruhan tahun, menurut Dian, defisit tahun ini akan lebih baik yaitu 2,7% dari PDB, turun dari 2,95% tahun lalu.
Kedua, faktor eksternal. Ketidakpastian kenaikan suku bunga The Fed menyebabkan goncangan pasar global dan memberi tekanan besar bagi rupiah. "Kita tidak memperkirakan BI akan menurunkan suku bunganya karena volatilitas rupiah masih terjadi," terang Dian, Selasa (17/3).
Dalam kaitannya dengan rupiah, ia melihat BI sangat berhati-hati dalam menjaga stabilitas nilai tukar. Arah kebijakan BI adalah mengijinkan rupiah bergerak sejalan dengan nilai tukar regional dan fundamentalnya, namun di saat bersamaan menjaga likuiditas dan persepsi pasar domestik untuk tidak melakukan "panic buying".
Sebagai informasi, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Selasa (17/3) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya atau BI rate sebesar 7,5%. Selain itu, BI juga mempertahankan suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility pada level masing-masing 5,5% dan 8%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News