Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II 2022 akan sebesar 4,9% year on year (yoy).
Menurutnya proyeksi pertumbuhan tersebut sudah cukup positif. Sebab di kuartal II 2021 terjadi pertumbuhan yang cukup tinggi yakni sebesar 7,07% yoy.
Ia menyebut pertumbuhan ekonomi di kuartal II tahun ini didorong oleh konsumsi rumah tangga dan juga net ekspor.
Selain itu, belanja pemerintah juga turut mendorong konsumsi rumah tangga, karena adanya pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) kepada Aparatur Sipil Negara (ASN).
Meski begitu, Ia menyayangkan penyaluran Program Ekonomi Nasional (PEN) sangat lambat, yakni baru mencapai 20,9% atau Rp 95,13 triliun dari total alokasi anggaran PEN yang sebesar Rp 455,62 triliun.
Baca Juga: Ini Rincian Tunjangan & Gaji Ke-13 PNS yang Cair 1 Juni 2022
“Kalau realisasi PEN bisa naik hingga 75% sampai akhir kuartal ke III dorongan konsumsi rumah tangga bisa tumbuh 4,6% sampai 5% yoy,” tutur Bhima kepada Kontan.co.id, Rabu (29/6).
Menurutnya, jika penyaluran PEN tinggi di kuartal III 2022, maka pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 4,2% sampai 4,7% yoy. Akan tetapi, jika penyaluran PEN masih minim, maka ekonomi di kuartal III 2022 hanya akan ada di kisaran 3,5% sampai 3,8% saja.
Bhima melanjutkan, meski di kuartal III 2022 ada penyaluran gaji ke-13 untuk ASN, tetapi akan tergerus oleh adanya inflasi pangan, transportasi dan bahan bakar yang diperkirakan mulai muncul pada kuartal III tersebut.
“Rencana pemerintah lakukan pembatasan BBM pertalite dan solar melalui aplikasi akan dorong inflasi lebih tinggi,” jelasnya.
Baca Juga: Konsumsi, Investasi dan Ekspor Mulai Jadi Mesin Pertumbuhan Ekonomi Lagi
Sementara itu, lanjutnya, momen pasca lebaran ditandai dengan melandainya tingkat konsumsi rumah tangga, dan juga kinerja ekspor yang juga mulai mengalami koreksi dari penurunan harga komoditas utama seperti batubara dan Crude Palm Oil (CPO) yang masing masing turun 1.5%% dan 21% periode 29 Juni ini dibanding periode bulan sebelumnya.
“Koreksi harga komoditas juga akan jadi beban bagi performa net ekspor sepanjang sisa tahun ini,” imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News