kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.938.000   14.000   0,73%
  • USD/IDR 16.300   -5,00   -0,03%
  • IDX 7.113   44,39   0,63%
  • KOMPAS100 1.038   7,95   0,77%
  • LQ45 802   5,08   0,64%
  • ISSI 229   1,99   0,87%
  • IDX30 417   1,49   0,36%
  • IDXHIDIV20 489   1,52   0,31%
  • IDX80 117   0,66   0,57%
  • IDXV30 119   -0,75   -0,63%
  • IDXQ30 135   0,08   0,06%

Ekonom Bright Institute Sebut Porsi Impor Nonmigas RI dari China Capai 35,60%


Selasa, 19 November 2024 / 17:46 WIB
Ekonom Bright Institute Sebut Porsi Impor Nonmigas RI dari China Capai 35,60%
ILUSTRASI. Truk mengangkut peti kemas saat melintas di Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (26/9/2024). Bright Institute mencatat porsi impor nonmigas dari China hingga Oktober 2024 mencapai 35,60% dengan nilai sebesar US$ 57,81 miliar.


Reporter: Shifa Nur Fadila | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bright Institute mencatat porsi impor nonmigas Indonesia dari China hingga Oktober 2024 mencapai 35,60% dengan nilai sebesar US$ 57,81 miliar dari total impor nonmigas. 

"Porsi impor dari China ini melampaui Jepang, Sinagpura, ASEAN dan Uni Eropa," ungkap Ekonom Senior Bright Institute Awalil Rizky pada Webinar Untung Rugi Dagang dengan China, di Jakarta, Selasa (19/11).

Awalil melanjutkan, impor nonmigas dari ASEAN hingga Oktober 2024 sebesar US$ 20,73 miliar. Kemudian dari Jepang sebesar US$ 12,03 miliar, Uni Eropa US$ 10,50 miliar dan Singapura sebesar US$ 8,35 miliar. Sementara dari negara lainnya sebesar US$ 52,98 miliar. 

Baca Juga: Surplus Neraca Perdagangan Naik Jadi US$ 3,26 Miliar di September 2024

"Jadi memang porsi China itu yang terbesar," ujarnya.

Secara keseluruhan, impor dari China memiliki porsi terbesar yaitu US$ 62,88 miliar. Angka tersebut menyumbang 28,34% dari total impor. Produk impor Indonesia dari China yang utama adalah produk elektronik, bawang putih, mesin, besi dan baja.  

Awalil juga mengatakan hubungan ekonomi antara Indonesia dan China meningkat pesat pada era Joko Widodo. Jika ditambah Hongkong maka menjadi dominan mempengaruhi kondisi ekonomi Indonesia. 

Baca Juga: Perdagangan RI ke China, Australia, dan Thailand Mengalami Defisit pada Juni 2024

"Dari sisi China, Indonesia cukup penting namun tidak menentukan," ucapnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×