Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Tren pelemahan rupiah (IDR) masih terus terjadi. Bahkan pada transaksi hari ini (22/8), rupiah sempat ditransaksikan di level 11.095 per dollar AS (USD). Data Bloomberg menunjukkan, nilai tukar rupiah di pasar spot per pukul 16.00 WIB berada di posisi 10.875 per dollar AS.
Nugroho SBM, Dosen Fakultas Ekonomika & Bisnis Universitas Diponegoro, mengatakan, pemerintah harus memiliki kebijakan yang lebih efektif dan efisien sebagai respon tren pelemahan rupiah. Bahkan, dia menegaskan, langkah yang diambil perlu dieksekusi lebih cepat, jangan hanya memberikan sinyal kebijakan yang dapat memulihkan rupiah untuk jangka panjang.
Soalnya, tekanan rupiah saat ini justru berpotensi membesar. Setelah sebelumnya sentimen datang dari pemangkasan nilai stimulus The Fed dan defisit neraca perdagangan, kini sentimen juga datang dari spekulasi penimbunan dollar oleh pelaku politik demi menghadapi pemilu 2014.
"Jadi, sekarang dibutuhkan kebijakan yang cepat dampaknya, yaitu kembali menaikan BI rate," tukas Nugroho.
Fauzi Ichsan, Senior Economist and Head, Government Relations Standard Chartered, punya pendapat senada. Menurutnya, demi menahan laju pelemahan rupiah untuk jangka pendek ini adalah dengan menaikan BI rate.
"Sekarang begini, saat ini rupiah melemah cukup tajam, tentunya pemilik dollar hanya akan mau menjual dolar kalu bunga deposito rupiah tinggi. Sekarang bagaimana meyakinkan pemilik dollar untuk menjual dollar mereka. Selama suku bunga deposito rupiah tidak cukup tinggi mereka tetap enggan menjual dollar mereka. Ini alasan mereka belum melepas dollar mereka," papar Fauzi, seusai kegiatan Diskusi Financial Contagion and Spillover Implications on Financial Stability and Policy, Kamis (22/8).
Fauzi juga bilang, banyak investor, khususnya investor Surat Berharga Negara (SBN) yang menginginkan BI rate kembali dinaikkan. Bahkan, mereka akan berada dalam comfort zone jika BI rate dinaikan double digit untuk mengkompensasi pelemahan rupiah.
Namun, Fauzi mengakui, di sisi lain kenaikan BI rate juga memiliki kendala tersendiri. "Kalau suku bunga dinaikan mungkin tidak menjadi maslaah bagi bank besar. Tapi, kenaikan itu akan menimbulkan masalah likuiditas serta akan memukul bank-bank kecil dan menengah. Intinya, dalam kondisi seperti sekarang, apapun solusi yang diambil tidak akan manis," papar Fauzi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News