kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Ekonom : BI lakukan strategi jangka pendek jaga nilai tukar


Jumat, 27 April 2018 / 19:33 WIB
Ekonom : BI lakukan strategi jangka pendek jaga nilai tukar
ILUSTRASI. Uang rupiah


Reporter: Arsy Ani Sucianingsih | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) sudah melakukan langkah-langkah stabilisasi di pasar valas. Salah satunya dengan cara memperkuat first line of defense. Ekonom menilai hal ini menjadi strategi jangka pendek yang dilakukan BI.

Pengamat Ekonomi Bank Permata Josua Pardede mengatakan, hal tersebut cenderung merupakan strategi jangka pendek untuk menjaga rupiah. Namun, untuk yang jangka menengah dan panjang, bank sentral akan cenderung menyesuaikan suku bunga.

“Namun sekali lagi, karena BI juga memandang pelemahan rupiah ini sementara, maka capital inflow di pasar keuangan masih dapat dikelola dengan baik melalui first line of defense,” ujar Josua saat di hubungi Kontan.co.id, Jumat (27/4).

Dia menjelaskan, BI akan memperkuat first line of defense dalam hal capital management yakni dengan terus memperkuat cadangan devisa seperti rasio cadangan devisa/M2, cadangan devisa untuk impor dan cadangan devisa untuk utang jangka pendek.

Hal tersebut menunjukkan bahwa pasar keuangan indonesia memiliki buffer yang dapat menahan capital flight dari pasar keuangan indonesia. 

Sementara itu, pemerintah juga memiliki Bond Stabilization Framework guna mengantisipasi terjadinya pembalikan (sudden reversal) di pasar surat Utang Negara (SUN).

Jika seadainya diperlukan, dimana rasio-rasio dari first line of defence terus menurun dan di bawah nilai tertentu, BI akan mengoptimalkan dengan implementasi second line of defense yakni dengan memanfaatkan fasilitas Bilateral Swap Agreement (BSA) dengan bank sentral Jepang, Bilateral Currency Swap Agreement (BCSA) dengan beberapa bank sentral di kawasan Asia seperti bank sentral Korea dan China, serta Chiang Mai Initiative Multiteralization (CMIM).

“Fasilitas tersebut merupakan langkah terakhir dalam rangka memenuhi kebutuhan likuiditas dalam jangka pendek dalam rangka meredam kepanikan capital flight di pasar keuangan domestik,” tambah Josua.

Namun, untuk meredam volatilitas nilai tukar rupiah dan pasar SUN memiliki konsekuensi penurunan cadangan devisa. Kepemilikan BI pada SUN meningkat sekitar Rp 28 triliun dalam dua pekan terakhir ini.

“Menurut saya, BI cenderung akan melakukan langkah-langkah intervensi dan berhati-hati dalam penyesuaian suku bunga kebijakan hingga akhir tahun ini,” jelas Josua.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×