kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom BCA sebut BI berpeluang turunkan suku bunga acuan hingga 50 bps


Selasa, 22 Oktober 2019 / 21:52 WIB
Ekonom BCA sebut BI berpeluang turunkan suku bunga acuan hingga 50 bps
ILUSTRASI. Visitors walk as they leave Bank Indonesia headquarters in Jakarta, Indonesia, January 17, 2019.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seiring dengan kemungkinan Bank Sentral Amerika serikat (The Fed) menurunkan suku bunga acuan, Ekonom BCA memandang adanya peluang bagi Bank Indonesia (BI) untuk kembali menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate pada Oktober 2019 ini.

"Probabilitas The Fed untuk menurunkan juga cukup besar. Sekitar 90%. Apalagi didorong dengan data retail Amerika yang tidak sesuai ekspektasi. Jadi ini sebagai langkah Amerika untuk memberi stimulus," kata Ekonom BCA David Sumual kepada Kontan.co.id, Selasa (22/1o).

Baca Juga: Ekonom Danareksa Research Institute prediksi BI turunkan suku bunga 25 bps

Melihat hal itu, David memprediksi Bank Indonesia (BI) akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) pada Oktober 2019. Bahkan, BI masih memiliki ruang untuk menurunkan hingga 50 bps.

Penurunan suku bunga ini dinilai David sebagai langkah pre emptive dan juga sebagai stimulus untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia. Apalagi di tengah kondisi global yang tidak menentu, serta pertumbuhan ekonomi global dan China yang diprediksi akan menurun.

"Apalagi saat ini Indonesia naik turun ekonominya mirip seperti China, karena memang banyak ekspor komoditas ke mereka. Kalau China lesu, bisa berdampak bagi kita. Oleh karena itu memang butuh stimulus moneter," tambah David.

Baca Juga: Ekonom Bank UOB prediksi BI akan tahan suku bunga acuan

Tidak hanya dari sisi suku bunga acuan, David juga melihat harus ada bauran kebijakan lain salah satunya adalah dengan penurunan giro wajib minimum (GWM). Namun, menurut David tidak harus secara bersamaan, tetapi bisa secara bergantian.

Selain itu, stimulus moneter ini tentu saja tidak ada artinya bila tidak didukung dari sisi fiskal. Oleh karena itu, pemerintah juga harus mengimbangi dengan memberi stimulus fiskal agar pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa lebih terjaga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×