Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mencatat defisit US$ 400 juta pada kuartal II-2021. Defisit NPI ini dipengaruhi oleh pelebaran neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) dan menyempitnya surplus transaksi modal dan finansial.
Menurut catatan Bank Indonesia (BI), CAD pada kuartal II-2021 sebesar US$ 2,2 miliar atau setara 0,8% Produk Domestik Bruto (PDB). Posisi ini melebar dari US$ 1,1 miliar atau setara 0,4% PDB pada kuartal I-2021.
Pelebaran CAD ini tak melulu menjadi momok. Pasalnya, pelebaran CAD pada kuartal II-2021 menunjukkan adanya produktivitas berupa peningkatan ekspor seiring peningkatan permintaan global dan harga komoditas, diiringi peningkatan impor yang menunjukkan peningkatan aktivitas ekonomi domestik.
Memasuki kuartal III-2021, aktivitas ekonomi mulai kembali dibatasi. Dengan meningkatnya kasus harian Covid-19 menyebabkan pemerintah menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dari 3 Juli 2021 hingga saat ini.
Baca Juga: Neraca Pembayaran Indonesia kuartal kedua berbalik defisit US$ 400 juta, CAD melebar
Dengan kondisi ini, ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan CAD pada kuartal III-2021 akan menyusut dari posisi di kuartal II-2021.
“Adanya keputusan penerapan PPKM Darurat, mengurangi kegiatan impor seiring perlambatan ekonomi,” tegas dia kepada Kontan.co.id, Jumat (20/8).
Dengan menyusutnya CAD, Faisal kemudian memperkirakan NPI pada kuartal III-2021 akan berbalik surplus. Hanya, besaran surplus terbatas karena ada potensi tekanan pada neraca transaksi modal dan finansial terkait aliran masuk modal asing.
Hal ini disebabkan adanya sentimen berupa perpanjangan PPKM Darurat dan naiknya ketidakpastian di pasar keuangan akibat potensi pengetatan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed), alias tapering off.
“Selain itu, pembayaran utang luar negeri jatuh tempo masih akan berlangsung pada kuartal III-2021,” tambah Faisal.
Faisal menambahkan, CAD bakal kembali melebar pada kuartal IV-2021. Surplus neraca barang diperkirakan berkurang seiring dengan optimisme pemulihan ekonomi yang mulai kembali bergulir akibat perbaikan aktivitas masyarakat yang didukung percepatan vaksinasi Covid-19.
Hitungan Faisal, di sepanjang tahun ini CAD akan berada di kisaran 1,06%-1,88% PDB atau meningkat dari CAD pada tahun 2020 yang sebesar 0,42% PDB. Meski begitu, kisaran CAD ini lebih rendah dari rata-rata CAD selama 5 tahun yang sebesar 2,22% PDB.
Baca Juga: BI perkirakan inflasi Agustus 2021 sebesar 0,04% mom
Seiring dengan hal ini, NPI di keseluruhan tahun 2021 diperkirakan mencetak surplus kisaran US$ 5 miliar hingga US$ 7 miliar, atau meningkat dari surplus pada tahun sebelumnya yang sebesar US$ 2,6 miliar.
Membengkaknya surplus NPI seiring dengan peningkatan arus modal asing ke investasi portofolio di akhir tahun, meski ada risiko tapering off. Namun, dari sisi investasi asing langsung, diperkirakan moncer seiring dengan agenda reformasi struktural yang membuat iklim investasi menjadi lebih kondusif.
“Dengan demikian, surplus NPI di akhir tahun 2021 akan cukup untuk menyokong cadangan devisa Indonesia untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah,” tandasnya.
Selanjutnya: Bintraco Dharma (CARS) berharap pada penjualan segmen otomotif
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News