Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi di sepanjang tahun 2020 sebesar 1,68% secara tahunan (yoy). Capaian tersebut berada di bawah target sasaran inflasi yang sebesar 2% - 4%.
Meski memang berada di bawah target sasaran, inflasi tahunan di bulan Desember 2020 ini sudah mulai nampak meningkat dari bulan September 2020.
Seiring dengan hal ini, Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro melihat kalau inflasi di tahun 2021 sudah akan kembali ke target sasaran inflasi.
“Seiring dengan perekonomian yang membaik dan permintaan yang meningkat, kami memperkirakan inflasi di tahun 2021 akan meningkat ke 2,92% yoy,” ujar Andry dalam keterangan yang diterima Kontan.co.id, Senin (4/1).
Baca Juga: Penyebab inflasi diproyeksi meningkat pada semester II 2021
Kata Andry, dampak stimulus fiskal yang diguyur oleh pemerintah untuk mengurangi dampak Covid-19 sudah akan terasa di semester II tahun 2021.
Akan tetapi, Andry tetap mewanti-wanti akan adanya risiko yang muncul dari ketidakpastian dalam prospek pemulihan, termasuk risiko semakin meningkatnya kasus harian Covid-19, termasuk sukes tidaknya program vaksinasi.
“Kalau risiko tersebut terjadi, ini dapat menghambat kemajuan pemulihan dan semakin melemahkan permintaan,” tambahnya.
Kemudian, dampak semakin tingginya inflasi di tahun ini memperbesar kemungkinan melebarnya defisit transaksi berjalan atau current accound deficit (CAD) di tahun 2021.
Bahkan, dengan meningkatnya inflasi dan meningkatnya aktivitas ekonomi, bisa mengurangi ruang untuk kebijakan pemotonga suk ubunga acuan Bank Indonesia.
Untuk itu, Andry melihat kalau BI nampaknya akan menahan suku bunga acuan di level 3,75% pada tahun ini dan kebijakan lainnya akan disesuaikan dengan program pemulihan ekonomi nasional.
Selanjutnya: BPS catat inflasi sepanjang 2020 sebesar 1,68%, terendah sejak tahun 2014
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News