Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tingkat inflasi pada tahun 2022 dikhawatirkan melampaui target pemerintah dan Bank Indonesia (BI). Adapun, target inflasi yang ditetapkan oleh otoritas fiskal dan moneter pada tahun ini adalah sebesar 2% year on year (yoy) hingga 4% yoy.
Analis makroekonomi Bank Danamon Irman Faiz memperkirakan, inflasi pada akhir tahun 2022 akan berada di batas atas kisaran sasaran BI, tetapi bisa saja melampaui target BI bila ada peningkatan harga khususnya harga bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite.
Apalagi, saat ini pemerintah mengaku tengah mengkaji terkait peningkatan harga BBM bersubsidi tersebut. “Inflasi pada level 4,0% di akhir tahun 2022 masih bisa relevan. Namun, kalau harga Pertalite naik, akan signifikan dampaknya karena pertalite adalah bahan bakar yang besar komponennya terhadap inflasi dan sulit disubstitusi,” ujar Faiz kepada Kontan.co.id, Selasa (26/4).
Faiz kemudian menjabarkan skenario yang disusunnya terkait inflasi. Skenario pertama, inflasi ada di level 4,0% yoy. Peningkatan inflasi di batas atas kisaran sasaran BI didorong oleh faktor eksternal maupun dalam negeri. Faktor eksternal, seperti peningkatan harga komoditas akibat perang Rusia dan Ukraina dan kuncitara yang terjadi di China.
Baca Juga: Inflasi Tahun 2022 Diproyeksi Lampaui Target BI, Ini Pendorongnya
Kuncitara di China ini tentu akan berdampak pada inflasi global, terutama dari peningkatan biaya pengiriman barang dan turunnya utilisasi produk China yang kemudian membuat peningkatan harga bahan baku dan bahan konsumsi produksi China yang nantinya akan dirasakan oleh Indonesia.
Namun, Faiz melihat korporasi Indonesia masih bisa menahan dampak ini dengan cukup baik. Produsen dalam negeri juga masih belum terlalu ekspansi karena masih menunggu terkait perbaikan permintaan dalam negeri yang lebih signifikan.
Skenario kedua, inflasi akhir tahun 2022 ada di level 5,44% yoy. Ini didorong oleh berbagai peristiwa global ditambah dengan peningkatan harga Pertalite sebesar Rp 1.000 per liter. Ini akan mendorong adanya peningkatan inflasi sekitar 1,44% poin dari baseline.
Skenario ketiga, inflasi akhir tahun 2022 di level 6,62% yoy. Ini disebabkan oleh berbagai peristiwa global ditambah dengan peningkatan harga Pertalite sebesar Rp 2.000 per liter, sehingga akan mendorong inflasi untuk naik 2,62% poin dari baseline.
Baca Juga: Lebaran Sebentar Lagi, Momok Lonjakan Inflasi Menanti
Dengan kondisi ini, Faiz pun membuka peluang bahwa pemerintah akan melakukan revisi target inflasi. Tak hanya itu, bahkan pemerintah diduga akan merevisi asumsi makro lainnya, seperti harga minyak dan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN).
“Saya rasa nanti pada saat evaluasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 akan ada beberapa yang direvisi. Sekitar Mei dan Juni pemerintah biasanya evaluasi budget,” tandas Faiz.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News