Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono menanggapi maraknya protes efisiensi anggaran yang dilakukan oleh mahasiswa hingga masyarakat secara umum.
Sudaryono menganggap aksi protes tersebut tidak masalah, karena merupakan bagian dari kebebasan berpendapat yang diatur undang-undang.
Menurut Sudaryono, seharusnya yang diprotes adalah pemborosan anggaran, bukan upaya penghematan yang dilakukan pemerintah.
“Hanya menurut saya lucu, harusnya yang diprotes itu pemborosan. Lah ini kita lagi penghematan kok diprotes,” katanya dalam keterangan resminya, Jum'at (21/2).
Sudaryono menegaskan upaya efisiensi anggaran yang dilakukan Presiden Prabowo Subianto, baik di tingkat kementerian, lembaga, maupun pemerintah daerah, merupakan langkah strategis yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Baca Juga: Renovasi Sekolah & Bangun Sekolah Mirip Taruna Nusantara, Menkeu: Butuh Bujet Besar
Pria yang akrab disapa Mas Dar mengungkapkan, hasil dari efisiensi anggaran tersebut nantinya akan dialokasikan salah satunya untuk peningkan infrastruktur pertanian dan pembangunan sekolah.
“Saya bisa pastikan bahwa dari efisiensi ini tidak ada yang di PHK, tidak ada bantuan sosial yang dikurangi, tidak ada beasiswa yang dihilangkan. Semua program yang baik ini tidak ada yang dikurangi,” ujar Sudaryono.
Menurutnya, efisiensi ini bertujuan untuk kemajuan negara melalui penguatan program strategis.
Dia mencontohkan, anggaran yang selama ini terkumpul dari perjalanan dinas mencapai Rp 44 triliun per tahun tahun, bisa dialihkan untuk pembangunan sekolah dan sektor pertanian.
“Nah dengan kita kurangi setengahnya, atau Rp 22 triliun kita bisa memperbaiki sekolah. Kenapa? Karena Presiden sudah mengidentifikasi dari semua mata anggaran ini ada anggaran yang diuntungkan di satu kementerian. Setelah dicek disitu banyak anggaran yang di tahan,” kata Sudaryono.
Baca Juga: Baru Dilantik, Kepala Daerah Hadapi Tantangan Efisiensi Anggaran
Sudaryono menjelaskan, banyak anggaran yang sebelumnya tidak efektif dan tidak tepat sasaran, seperti anggaran untuk pengentasan stunting yang justru tidak sampai pada tujuannya.
Anggaran tersebut, menurutnya, sering kali tersalurkan ke pos lain yang tidak relevan, sehingga dibutuhkan langkah efisiensi untuk menahan pengeluaran yang tidak produktif.
“Judulnya pengentasan stanting, begitu dicek uangnya entah kemana. Jadi banyak sekali anggaran ditahan Rp 1 sampai 2 miliar diumpeti di ATK. Efisiensi ini bukan berarti masuk kantong presiden tapi dialihkan untuk kuota buku, tambah benih bibit dan pupuk,” urainya.
Selanjutnya: MenteriESDM Ungkap Freeport Dapat Relaksasi Ekspor Konsentrat Tembaga hingga Juni2025
Menarik Dibaca: Hujan Guyur Semua Wilayah, Cek Ramalan Cuaca Besok (22/2) di Jawa Barat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News