kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Efek kenaikan suku bunga acuan ke konsumsi mulai terasa


Kamis, 06 September 2018 / 19:54 WIB
Efek kenaikan suku bunga acuan ke konsumsi mulai terasa
ILUSTRASI. Logo Bank Indonesia (BI)


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat, optimisme konsumen pada bulan Agustus 2018 turun meski masih berada dalam zona optimis atau di atas 100, yakni sebesar 121,6. Angka ini lebih rendah dibandingkan 124,8 pada bulan sebelumnya.

Berdasarkan laporan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) BI yang dikutip Kontan.co.id, Kamis (9/6), penurunan IKK terjadi pada seluruh kelompok tingkat pengeluaran responden.

Yang terdalam adalah pada responden dengan pengeluaran Rp 4,1 juta hingga Rp 5 juta per bulan.

Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro mengatakan, penurunan terdalam pada responden ini merefleksikan efek dari kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). BI sendiri sepanjang 2018 hingga kini sudah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 125 bps.

“Kelompok ini diperkirakan memiliki kredit. Misalnya, kredit mobil, rumah, dan lain-lain. Kredit ini memiliki share yang cukup besar dari pengeluaran mereka,” kata Satria kepada Kontan.co.id.

“Ini tanda-tanda suku bunga tinggi mulai terasa. Ini sinyal pertama mulai terasa dampaknya ke konsumsi,” lanjutnya.

Ia melihat, dengan demikian, ada keengganan untuk membeli barang-barang tahan lama atau durable goods. Keyakinan konsumen untuk melakukan pembelian durable goods turun dari 120,7 menjadi 113,6 pada Agustus 2018.

Penurunan pembelian durable goods terutama terjadi pada jenis barang elektronik, seperti ponsel, televisi, dan komputer. “Mereka punya kredit dan sekarang enggan beli durable goods karena cicilan mesti dibayar,” ujarnya.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam juga menilai, penurunan keyakinan pada responden ini bisa jadi karena ekspektasi kenaikan suku bunga. Namun, ada pula kemungkinan disebabkan oleh kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh pelemahan rupiah.

"Mungkin responden khawatir juga akan berdampak ke kenaikan BBM dan TDL. Tapi, kekhawatiran ini tidak cukup besar untuk membawa indeks secara keseluruhan ke bawah 100," ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×