kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -8.000   -0,52%
  • USD/IDR 15.791   -57,00   -0,36%
  • IDX 7.505   -68,76   -0,91%
  • KOMPAS100 1.157   -12,64   -1,08%
  • LQ45 913   -8,80   -0,96%
  • ISSI 228   -2,59   -1,12%
  • IDX30 469   -4,51   -0,95%
  • IDXHIDIV20 564   -3,86   -0,68%
  • IDX80 132   -1,34   -1,01%
  • IDXV30 139   -1,60   -1,13%
  • IDXQ30 156   -1,23   -0,78%

Dua Peristiwa Ini Jadi Tantangan Pertumbuhan Nilai dan Volume Ekspor RI di Awal 2024


Minggu, 11 Februari 2024 / 21:14 WIB
Dua Peristiwa Ini Jadi Tantangan Pertumbuhan Nilai dan Volume Ekspor RI di Awal 2024
ILUSTRASI. Bongkar muat petikemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (1/2/2024). Pelaku usaha menilai konflik geopolitik di Laut Merah yang berkepanjangan akan berdampak terhadap penurunan ekspor Indonesia tahun ini. Konflik ini menyebabkan ongkos logistik kian membengkak lantaran pengiriman harus menempuh jalur memutar melalui Tanjung Harapan. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/01/02/2024


Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja ekspor pada awal tahun 2024 berpotensi menemui sejumlah kendala. 

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan, salah satu yang menjadi tantangan pertumbuhan volume dan nilai ekspor pada awal tahun ini adalah kinerja perekonomian negara mitra dagang utama. 

“Seperti China dan Amerika Serikat (AS), ada potensi mengalami perlambatan pertumbuhan pada kuartal I-2024, sehingga pun akan mengurangi potensi ekspor Indonesia,” terang Josua kepada Kontan.co.id, Minggu (11/2). 

Baca Juga: Kinerja Ekspor Rentan Gangguan, Defisit Transaksi Berjalan akan Bertahan

Ekonomi China pada tiga bulan pertama tahun ini diyakini akan tumbuh di kisaran 4,2% year on year (YoY), atau melambat dari 5,2% YoY pada kuartal IV-2023. 

Pun pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal I-2024 diperkirakan hanya menyentuh 2% YoY, alias melambat dari capaian 3,3% YoY pada tiga bulan terakhir tahun lalu. 

Dengan perlambatan perekonomian negara mitra dagang, maka Josua meyakini permintaan dari negara-negara tersebut terhadap barang ekspor Indonesia, akan berkurang. 

Baca Juga: Potensi Nilai Investasi Bioekonomi di Indonesia Bisa Mencapai US$ 45,4 Miliar

Selain itu, harga komoditas juga masih menjadi soal. Komoditas andalan Indonesia seperti batubara mengalami penurunan harga. 

Secara tahun berjalan atau year to date (YtD), Josua melihat harga batubara menurun 17% ytd. Sedangkan harga minyak sawit mentah (CPO) naik 6% ytd dan minyak naik 7% ytd. Tak terlalu tinggi. 

Tantangan nilai ekspor tersebut juga akan membawa potensi penyusutan surplus neraca perdagangan Indonesia. 

Dari perhitungannya, surplus neraca perdagangan pada kuartal I-2024 berpotensi berada di kisaran US$ 7 miliar, atau menurun bila dibandingkan capaian surplus kuartal I-2023 yang sebesar US$ 12,24 miliar. 

Baca Juga: Potensi Nilai Investasi Bioekonomi di Indonesia Bisa Mencapai US$ 45,4 Miliar

Penurunan surplus neraca perdagangan ini juga akan mendorong terjadinya defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD). 

CAD pada kuartal I-2024 diyakini berada di kisaran 0,3% produk domestik bruto (PDB) hingga 0,4% PDB. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media


TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×