CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

DPR minta BI siap intervensi stabilkan rupiah


Rabu, 30 November 2016 / 19:12 WIB
DPR minta BI siap intervensi stabilkan rupiah


Sumber: Antara | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Anggota Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat meminta Bank Indonesia lebih siap dalam melakukan intervensi ke pasar keuangan guna menstabilkan nilai tukar rupiah, karena tekanan eksternal semakin menguat menjelang kenaikan suku bunga Federal Reserve pada 14 Desember 2016.

"Kalau kita lihat di APBN, secara rata-rata asumsi kurs Rp13.300 per dollar AS (hingga akhir tahun). Jika setelah ada volatilitas, dan dipandang sebagai volatilitas yang tinggi karena spekulasi menjelang The Fed, di situ (BI) butuh bersikap," kata Andreas Edy Susetyo di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Jakarta, Rabu (30/11).

Andreas meminta BI untuk tidak lengah, agar volatilitas kurs rupiah menjelang kenaikan bunga The Fed, tidak jauh dari nilai fundamentalnya.

Bank Sentral, kata dia, harus mengintervensi secara terukur, baik itu melalui pasar valuta asing atau melalui instrumen Surat Berharga Negara dan Sertifikat Bank Indonesia.

"Apakah saat volatilitas tinggi BI perlu masuk atau lebih baik jangan terpengaruh, tapi di sini adalah kembali bagaimana BI harus memastikan bahwa pasar tidak terlalu terpengaruh," kata anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan.

Nilai tukar rupiah di pasar antarbank, Jakarta, pada Rabu pagi bergerak melemah sebesar dua poin menjadi Rp13.555. Pada Rabu (30/11) ini, menurut kurs tengah BI, nilai tukar rupiah mencapai Rp13.563 per dollar AS.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan bahwa mata uang rupiah masih berada di area negatif karena permintaan dolar AS yang meningkat di akhir November 2016.

Selain tekanan eksternal, analis melihat sentimen terhadap nilai tukar juga karena faktor domestik.

Analis dari PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan bahwa mata uang rupiah bergerak di kisaran sempit, karena pelaku pasar yang menanti rilis data ekonomi domestik pada awal Desember 2016 seperti inflasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×