kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.914.000   24.000   1,27%
  • USD/IDR 16.326   31,00   0,19%
  • IDX 7.891   -53,11   -0,67%
  • KOMPAS100 1.111   -9,64   -0,86%
  • LQ45 829   2,03   0,24%
  • ISSI 266   -2,45   -0,91%
  • IDX30 429   0,72   0,17%
  • IDXHIDIV20 496   2,85   0,58%
  • IDX80 125   0,16   0,13%
  • IDXV30 131   0,34   0,26%
  • IDXQ30 139   0,61   0,44%

DPR: APBN terlalu dibebani biaya rutin dan biaya subsidi


Senin, 09 Januari 2012 / 12:08 WIB
DPR: APBN terlalu dibebani biaya rutin dan biaya subsidi
ILUSTRASI. Menggunakan masker menjadi salah satu protokol kesehatan yang wajib dipatuhi untuk mencegah penyebaran virus corona.


Reporter: Eka Saputra | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Marzuki Alie mencermati masalah keterserapan anggaran, terutama belanja modal, yang
pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2011 tidak optimal. Menurutnya, kondisi itu menyebabkan belanja modal yang ada tidak mampu menggerakkan perekonomian domestik dan membuka lapangan kerja.

“Untuk mendorong perekonomian, belanja barang dan belanja modal seharusnya memperoleh proporsi yang lebih besar. Karena merupakan anggaran pembangunan yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, kita justru melihat bahwa APBN saat ini terlalu dibebani biaya rutin dan
biaya subsidi,” katanya di Gedung DPR (9/1).

Oleh karenanya, lanjut Marzuki, perlu dipikirkan secara bertahap agar terjadi penurunan biaya rutin dan biaya subsidi. Menurutnya, ada beberapa aspek yang perlu dievaluasi. Aspek yang dimaksud antara lain: lemahnya perencanaan program dan kegiatan serta koordinasi antara unit perencana dan pelaksana kegiatan.

“Sejumlah kelemahan tersebut mengakibatkan sering dilakukannya revisi anggaran, bila penyerapan menumpuk di akhir tahun, ada kecenderungn mengabaikan prinsip akuntabilitas dan kehati-hatian,” pungkasnya.

Selain itu, terkait dengan realisasi anggaran untuk memacu sektor perdagangan antar dan interpulau, Marzuki menilai perlu penyederhanaan birokrasi, target penurunan kemiskinan, penyerapan tenaga kerja, penurunan angka pengangguran terbuka, dan penyiapan kebijakan energi alternatif seperti panas bumi dan mikrohidro. "Karena pembengkakan subsidi BBM pada akhrinya membebani anggaran negara," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×