kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

DPR: APBN terlalu dibebani biaya rutin dan biaya subsidi


Senin, 09 Januari 2012 / 12:08 WIB
DPR: APBN terlalu dibebani biaya rutin dan biaya subsidi
ILUSTRASI. Menggunakan masker menjadi salah satu protokol kesehatan yang wajib dipatuhi untuk mencegah penyebaran virus corona.


Reporter: Eka Saputra | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Marzuki Alie mencermati masalah keterserapan anggaran, terutama belanja modal, yang
pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2011 tidak optimal. Menurutnya, kondisi itu menyebabkan belanja modal yang ada tidak mampu menggerakkan perekonomian domestik dan membuka lapangan kerja.

“Untuk mendorong perekonomian, belanja barang dan belanja modal seharusnya memperoleh proporsi yang lebih besar. Karena merupakan anggaran pembangunan yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, kita justru melihat bahwa APBN saat ini terlalu dibebani biaya rutin dan
biaya subsidi,” katanya di Gedung DPR (9/1).

Oleh karenanya, lanjut Marzuki, perlu dipikirkan secara bertahap agar terjadi penurunan biaya rutin dan biaya subsidi. Menurutnya, ada beberapa aspek yang perlu dievaluasi. Aspek yang dimaksud antara lain: lemahnya perencanaan program dan kegiatan serta koordinasi antara unit perencana dan pelaksana kegiatan.

“Sejumlah kelemahan tersebut mengakibatkan sering dilakukannya revisi anggaran, bila penyerapan menumpuk di akhir tahun, ada kecenderungn mengabaikan prinsip akuntabilitas dan kehati-hatian,” pungkasnya.

Selain itu, terkait dengan realisasi anggaran untuk memacu sektor perdagangan antar dan interpulau, Marzuki menilai perlu penyederhanaan birokrasi, target penurunan kemiskinan, penyerapan tenaga kerja, penurunan angka pengangguran terbuka, dan penyiapan kebijakan energi alternatif seperti panas bumi dan mikrohidro. "Karena pembengkakan subsidi BBM pada akhrinya membebani anggaran negara," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×