Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Emas mengalami koreksi signifikan di tahun 2023, disebabkan oleh penguatan dolar Amerika Serikat (AS). Beberapa faktor seperti perdebatan mengenai plafon utang AS, kekhawatiran perbankan, dan sikap hati-hati dari Federal Reserve telah memberikan dampak besar.
Meskipun harga emas mencapai rekor tertinggi pada bulan Mei, fluktuasi ini menciptakan ketidakpastian terkait arah pergerakan harga emas selanjutnya. Pada pertengahan tahun 2023, berbagai peristiwa tak terduga seperti inflasi inti AS, Soft Landing di AS, kebijakan moneter The Fed, ekspektasi inflasi, dan risiko geopolitik telah memengaruhi pergerakan emas.
Harga emas mencapai puncak tertinggi pada kisaran harga US$ 2.077 per ons troi-US$2.080 per ons troi sebagai resistance dan terendah di kisaran US$1.803 per ons troi. Koreksi harga yang berlangsung selama setahun ini menimbulkan keraguan apakah akan terjadi tren kenaikan atau penurunan.
Baca Juga: Bank Commonwealth: Kelas Aset Pendapatan Tetap dan Saham Cocok Untuk Tahun Pemilu
Menurut analis DCFX Andrew Fischer, prospek emas pada 2024 terlihat menjanjikan dengan potensi XAUUSD (emas) bakal naik cukup tinggi. Hal tersebut karena pengaruh dari Dolar AS yang cenderung akan menurun lebih lama di tahun 2024.
“Kondisi ini merupakan pengaruh dari ketahanan suku bunga yang cukup lama, dengan demikian investor akan cenderung memilih XAUUSD karena ketidakpastian terhadap perekonomian, yang di mana XAUUSD cenderung menjadi safe haven dan menjadi sorotan di tahun 2024,” ungkap Fischer dalam riset yang dibagikan, Kamis (21/12).
Fischer memprediksi, harga emas akan diperdagangkan lebih tinggi dari konsensus pasar dalam waktu dekat, terutama karena statusnya sebagai aset safe haven dan adanya faktor ketakutan. Faktor ketakutan ini didorong oleh meningkatnya ketidakpastian, termasuk tekanan perbankan dan pendanaan, serta meningkatnya kemungkinan terjadinya resesi di AS pada tahun depan.
Baca Juga: Harga Komoditas Energi Masih Dihadang Suku Bunga Tinggi Bank Sentral Global
Selain itu peningkatan pendapatan dan tabungan, khususnya peningkatan pendapatan dan tabungan di negara-negara berkembang seperti China dan India, sebagai faktor yang mendukung harga emas
Beberapa faktor pendorong kenaikan harga emas melibatkan kondisi perekonomian AS. Federal Reserve memproyeksikan pertumbuhan PDB AS melambat menjadi 1,5% pada tahun 2024, dengan tingkat pengangguran rata-rata sebesar 4,1%. Prediksi penurunan inflasi yang berlangsung cukup lama, dipengaruhi oleh gagal bayar utang dan mencapai batas limit utang, juga memicu meninggalkan Dolar AS oleh investor.
Melihat ke depan hingga tahun 2024, FOMC memproyeksikan inflasi PCE inti akan terus membaik dan rata-rata hanya sebesar 2,6% pada tahun depan dan 2,3% pada tahun 2025. Sementara itu, untuk suku bunga dana fed fund akan turun menjadi rata-rata 3,9% pada tahun 2025 dan 2,9% pada tahun 2026.
Dengan mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan di atas, penurunan yang dialami Dolar AS ini diprediksi akan berlangsung lama di tahun 2024.
Baca Juga: MDKA Pacu Transisi ke Proyek Tambang Berumur Lebih Panjang, Cek Rekomendasi Sahamnya
Di Tahun 2024 pun The Fed juga berencana untuk menahan suku bunga yang cenderung lebih lama, sehingga tidak menutup kemungkinan prediksi di tahun 2024 akan kecenderungan mengalami penurunan terhadap Dolar AS dan kenaikan terhadap emas.
Fischer menilai, tahun 2024 diprediksi masih akan diwarnai oleh ketegangan geopolitik antara AS dan China, meningkatnya risiko konflik Rusia-Ukraina, dan risiko politik dalam negeri. Pemilihan presiden dan umum di berbagai negara G20, termasuk AS turut menjadi peristiwa penting yang perlu menjadi perhatian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News