kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45867,20   12,42   1.45%
  • EMAS1.357.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dinamika Ekonomi Global Jadi Tantangan Pemerintah Menyusun Prioritas Anggaran


Jumat, 14 Juni 2024 / 16:01 WIB
Dinamika Ekonomi Global Jadi Tantangan Pemerintah Menyusun Prioritas Anggaran
ILUSTRASI. Dinamika ekonomi global menjadi salah satu tantangan bagi pemerintah ke depan untuk menyusun prioritas anggaran.


Reporter: Rashif Usman | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dinamika ekonomi global menjadi salah satu tantangan bagi pemerintah ke depan untuk menyusun prioritas anggaran.

Chief Economist Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya Indrastomo mengatakan, selain disiplin fiskal yang telah berjalan baik, kebijakan automatic adjustment anggaran juga menjadi langkah efektif untuk memitigasi risiko atas tekanan eksternal.

"Kami menilai kondisi fiskal sejauh ini relatif kuat, tercermin dari kinerja APBN hingga April 2024 yang mencatatkan pendapatan negara sebesar Rp 924,92 triliun atau 33,01% dari target. Dari sisi belanja, realisasi telah mencapai Rp 849,25 triliun, sehingga APBN mencatatkan surplus sebesar Rp 75,68 triliun," kata Banjaran kepada Kontan, Jumat (14/6).

Banjaran menerangkan bahwa pemerintahan saat ini akan melakukan koordinasi bersama tim transisi agar program-program baru dapat terakomodir, dengan tetap menjaga sustainability APBN sebagai instrumen pembangunan jangka menengah-panjang.

Baca Juga: Redam Inflasi, Pemerintah Sudah Kucurkan Anggaran Hingga Rp 52,56 Triliun

Selain itu, ia juga menyoroti lembaga keuangan Amerika Serikat (AS) Morgan Stanley yang menurunkan rekomendasi saham-saham di Indonesia menjadi underweight.

"Terkait penurunan peringkat dari lembaga asing tersebut, kami menilai keputusan yang diambil bersifat jangka pendek, di tengah kondisi nilai tukar yang masih melemah akibat stance higher for longer dari bank sentral AS. Sehingga menyebabkan capital outflow di pasar saham domestik," ucapnya.

Di sisi lain, pengumuman dari Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang memberikan keterangan lebih lanjut mengenai rencana penurunan Fed Fund Rate yang lebih jelas, yakni pada akhir tahun 2024 sebanyak satu kali, memberikan sedikit kejelasan bagi pelaku pasar untuk melakukan strategi penempatan dana ke depan.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih solid, kondisi konsumsi masyarakat yang juga masih optimis, didukung oleh pertumbuhan sektor keuangan yang masih stabil menjadi katalis positif penopang pertumbuhan pasar saham domestik ke depan," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM) Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×