kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Di Tengah Ketidakpastian, Ekonomi RI Kuartal III-2022 Diprediksi Tumbuh 5,85%


Minggu, 06 November 2022 / 15:57 WIB
Di Tengah Ketidakpastian, Ekonomi RI Kuartal III-2022 Diprediksi Tumbuh 5,85%
ILUSTRASI. Suasana gedung perkantoran di Jakarta, Senin (25/4/2022). LPEM FEB UI memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III 2022 akan tumbuh 5,77% yoy hingga 5,85% yoy.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonomi Indonesia makin menggeliat. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) memperkirakan, pertumbuhan ekonomi kuartal III-2022 melampaui angka pertumbuhan ekonomi kuartal II-2022 yang sebesar 5,44% yoy.

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky memperkirakan, pertumbuhan ekonomi periode Juli 2022 hingga September 2022 tumbuh di kisaran 5,77% yoy hingga 5,85% yoy.

“Permintaan domestik yang solid dan performa ekspor yang baik mampu memberi tambahan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III-2022,” terang Riefky kepada Kontan.co.id, belum lama ini.

Riefky juga tak menampik, pertumbuhan ekonomi kuartal III-2022 ini juga tak lepas dari basis rendah (low-base effect) dari pertumbuhan ekonomi periode sama tahun 2021 yang pada waktu itu tercatat 3,51% yoy.

Meski demikian, Indonesia bisa berbangga. Pasalnya, Indonesia masih berpeluang memetik buah manis pada kuartal III-2022. Mengingat, tantangan perekonomian yang bertubi-tubi muncul pada semester II-2022.

Baca Juga: Belanja Negara Belum Terserap Maksimal, Pertumbuhan Ekonomi Bisa Tersendat

Seperti, berlanjutnya pengetatan suku bunga moneter oleh berbagai bank sentral dunia yang memicu arus modal keluar secara masif dari neagra berkembang, termasuk Indonesia. Ini menyebabkan depresiasi dari berbagai mata uang, juga nilai tukar Rupiah.

Belum lagi ada kenaikan inflasi akibat kenaikan harga komoditas global dan kebijakan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) pada September 2022. Kombinasi tersebut dan ditambah depresiasi Rupiah, mendorong laju inflasi mencapai titik tertingginya dalam tujuh tahun terakhir.

Riefky mewanti-wanti, ketidakpastian ini masih berlanjut hingga akhir tahun 2022. Dengan demikian, para otoritas perlu untuk memasang kuda-kuda lebih kuat.

Misalnya Bank Indonesia (BI), perlu terus menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah dengan mengikuti sikap selangkah di depan. Kebijakan tersebut diharapkan mampu mengurangi dampak tekanan eksternal terhadap pasar keuangan dan valuta asing domestik.

BI pun telah menaikkan suku bunga dengan total 125 basis poin (bps) dalam tiga bulan terakhir. Selain menjangkar ekspektasi inflasi, langkah kenaikan suku bunga acuan ini membantu meredam potensi aliran modal keluar besar-besaran di masa gejolak kerentanan eksternal.

Secara bersamaan, pemerintah Indonesia perlu menyiapkan langkah-langkah pelengkap untuk menjaga kondisi ekonomi makro, khususnya pertumbuhan ekonomi. Mengingat, ada prospek ekonomi global yang suram pada tahun 2023.

Dengan kondisi tersebut, Riefky memperkirakan pertumbuhan ekonomi di keseluruhan tahun 2022 akan berada di kisaran 5,3% yoy hingga 5,4% yoy. Perekonomian mungkin melambat pada sepanjang tahun 2023, menjadi sekitar 5,0% yoy hingga 5,1% yoy.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III-2022 Diproyeksi 5,5%, Ini Kata Ekonom Bank Permata

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×