kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Di luar dugaan, sebuah studi mengungkapkan 15% penduduk Indonesia terinfeksi Covid-19


Jumat, 04 Juni 2021 / 13:19 WIB
Di luar dugaan, sebuah studi mengungkapkan 15% penduduk Indonesia terinfeksi Covid-19
ILUSTRASI. Di luar dugaan, sebuah studi mengungkapkan 15% penduduk Indonesia terinfeksi Covid-19


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kasus Covid-19 di Indonesia dikabarkan jumlahnya jauh lebih banyak berkali-kali lipat daripada yang diumumkan Gugus Tugas Percepatan Penanganan (Satgas) Coronavirus Disease 2019. Hal itu diungkap melalui dua studi baru yang disampaikan kepada Reuters.

Saat ini, jumlah penduduk Indonesia mencapai 270 juta jiwa dan kasus Covid-19 yang tercatat mencapai 1,83 juta. Namun para ahli epidemiologi telah lama meyakini bahwa skala sebenarnya penyebaran virus ini telah dikaburkan karena kurangnya pengujian dan pelacakan kontak.

Mengutip Reuters, Jumat (4/6), berdasarkan hasil studi seroprevalensi besar pertama di Indonesia, yang menguji antibodi, periode Desember 2020 - Januari 2021 menunjukkan 15% penduduk Indonesia tertular Covid-19. Padahal angka resmi dari pemerintah per Januari 2021 mencatat infeksi hanya sekitar 0,4% dari jumlah penduduk RI.

Dan hingga saat ini, Satgas Covid-19 mencatat total infeksi positif di Indonesia baru sekitar 0,7% dari jumlah penduduk.

Baca Juga: Meski zona oranye, disiplin protokol kesehatan tetap harus diterapkan

Ahli epidemiologi Universitas Indonesia, Pandu Riono, yang bekerja pada penelitian yang dilakukan dengan bantuan dari Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan, survei tersebut tak terduga. 

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan, studi itu mungkin masih awal, tetapi mungkin ada lebih banyak kasus daripada yang dilaporkan secara resmi karena banyak kasus tidak menunjukkan gejala.

Dia mengatakan Indonesia memiliki pelacakan kontak yang rendah dan kurangnya laboratorium untuk memproses tes.

Berdasarkan hasil tes darah, studi seroprevalensi mendeteksi antibodi yang muncul pada orang yang kemungkinan besar sudah terjangkit penyakit tersebut. Angka resmi sebagian besar didasarkan pada tes swab, yang mendeteksi virus itu sendiri dan hanya mengungkapkan mereka yang dites saat itu.

Baca Juga: Tetap waspada corona! Ingat lagi gejala Covid-19 menurut WHO

Tidak terdeksinya  jumlah kasus Covid-19 ini tak terlepas dari pengujian yang lemah. Hasil studi seroprevalensi di negara lain, termasuk India, juga mengungkapkan infeksi yang jauh lebih banyak daripada data pemerintah.

"Sistem surveilans resmi kami tidak dapat mendeteksi kasus COVID-19. Ini lemah," kata peneliti utama studi Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono, yang mengomentari studi itu tetapi tidak berwenang mengkonfirmasi angka tersebut.

"Pelacakan kontak dan pengujian di Indonesia sangat buruk dan menjelaskan mengapa begitu sedikit kasus yang terdeteksi," sambungnya.

Rekan penulis studi Pandu tersebut mengatakan bahwa meskipun studi tersebut menunjukkan penyebaran virus yang lebih luas, Indonesia tampaknya masih jauh dari mencapai kekebalan kelompok - menjadikannya prioritas untuk mempercepat vaksinasi.

Baca Juga: Per Kamis (3/6): Jumlah kasus Corona RI tembus 1.837.126, terus pakai masker

Hanya 6% dari 181 juta penduduk Indonesia yang ditargetkan telah divaksinasi lengkap dengan dua dosis sejauh ini, sementara 9,4% telah mendapatkan satu suntikan, menurut data pemerintah.

Hasil awal dari studi seroprevalensi terpisah di Bali, yang dilakukan oleh Universitas Udayana, menemukan 17% dari mereka yang diuji pada bulan September dan November tampaknya telah terinfeksi, kata peneliti utama Anak Agung Sagung Sawitri kepada Reuters.

Itu 53 kali lebih tinggi dari tingkat infeksi berdasarkan kasus yang tercatat secara resmi pada saat di pulau wisata itu, yang berencana dibuka kembali untuk pengunjung internasional bulan depan.

Pembukaan kembali ini ditentang oleh beberapa pakar kesehatan masyarakat, termasuk akademisi dan dokter Ady Wirawan. “Testing, tracing, isolasi dan karantina sangat-sangat lemah di Bali,” ujarnya.

Selanjutnya: Tetap waspada corona! Ingat lagi gejala Covid-19 menurut WHO

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×