Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Desa wisata menjadi salah satu program pemerintah Indonesia untuk pengembangan pariwisata berkelanjutan yang diharapkan dapat mempercepat kebangkitan pariwisata dan memicu pertumbuhan ekonomi.
Akan tetapi, di masa pandemi, desa wisata yang menjadi salah satu pariwisata alternatif yang beberapa kali terdampak dari adanya pembatasan mobilitas sosial, terutama karena adanya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyakarat (PPKM).
Salah satu desa wisata di Kabupaten Garut, Desa Wisata Sindangkasih, sempat menutup pariwisatanya karena anjuran dan larangan pemerintah, terutama ketika angka kasus Covid-19 sedang tinggi.
“Desa Wisata Sindangkasih tutup total,” Dedi Sopandi, pengelola Desa Sindangkasih, Kamis (4/11).
Baca Juga: Setengah Hati Undang Wisatawan Asing di Tengah Pandemi yang Masih Meradang
Menurutnya, saat PPKM diberlakukan dan tidak bisa menerima kunjungan dari wisatawan, pelaku usaha dan pengelola Desa Wisata Sindangkasih sempat mengalami kerugian besar, karena tidak adanya pemasukan dalam waktu yang cukup lama.
Hal tersebut juga terjadi pada desa wisata di Kabupaten Kulon Progo, Desa Wisata Tinalayah, yang bertahan dengan menggunakan sisa kas yang tersisa untuk operasional desa, karena tidak adanya kunjungan wisatawan di masa pandemi.
“Ada juga swadaya secara terbatas, serta upaya gotong royong untuk merawat sarana dan prasarana di masa pandemi. Semangat tanpa sambat menjadi moto bertahan Dewi (desa wisata) Tinalah di masa pandemi,” jelas Galuh Fahmi, pengelola Desa Wisata Tinalah.
Akan tetapi, dengan kondisi angka kasus yang menurun, dan pelonggaran mobilitas sudah diterapkan, Galuh menuturkan bahwa Desa Wisata Tinalah sudah sudah siap untuk membuka kembali wisatanya, tentu dengan adanya penerapan protokol kesehatan.
Menurutnya, saat ini Desa Wisata Tinalayah sudah menyiapkan sarana dan prasarana kebersihan, kesehatan, keselamatan, kelestarian lingkungan (CHSE) seperti tempat mencuci tangan, hand sanitizer, termometer suhu otomatis, pengecekan lokasi aplikasi peduli lindungi, dan tata tertib kegiatan di masa pandemi.
Baca Juga: Mendes PDTT dukung Desa Wisata Penyangga sambut WSBK dan MotoGP Mandalika
“Dewi Tinalah salah satu desa wisata di Kulon Progo Yogyakarta yang sudah diberikan kesempatan melakukan operasional sesuai SE Nomor 556/1373 tentang pembukaan destinasi wisata di Kabupaten Kulon Progo,” katanya.
Senada, pengelola Desa Wisata Sindangkasih juga menjelaskan kalau Desa Sindangkasih sudah buka kembali dengan menerapkan aturan protokol kesehatan yang ketat, seperti prinsip 5M, yakni mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas.
“Semua pengelola wisata wajib mengikuti program vaksinasi,” imbuh Dedi.
Dedi menambahkan, bahwa saat ini pengelola Desa Wisata Sindangkasih membuka kembali kunjungan dengan kapasitas 25% dan wisatawan perlu menunjukkan kartu vaksinasi. Menurutnya, kunjungan akan terus dibatasi sampai PPKM selesai.
Untuk persiapan Desa Wisata Tinalah, Galuh juga mengatakan bahwa saat ini sudah melakukan koordinasi internal untuk penguatan dan kesiapan paket paket wisata, pengecekan sarana prasarana, dan pengembangan paket yang sesuai dengan masa pandemi, serta kapasitas pengunjung sebanyak 25%.
Baca Juga: Begini rencana pengembangan Kawasan Rebana dan Jabar Selatan
Bahkan menurutnya efek dari pelonggaran saat ini sudah ada permintaan kegiatan, baik dari tour travel, instansi, sekolah, maupun kampus untuk kegiatan wisata, workshop, dan studi banding.
Dengan kondisi yang belum 100% aman, dan potensi pengetatan masih tetap ada, Galuh menjelaskan bahwa di Desa Wisata Tinalah ada upaya inovasi yang bernilai tambah, seperti penjualan hampers produk UMKM dan ekonomi kreatif dari Desa Wisata Tinalah.
Sementara itu, apabila kembali ada pengetatan di Desa Wisata Sindangkasih, Dedi menuturkan bahwa tidak ada upaya-upaya lain yang bisa dilakukan, karena hanya bisa melakukan perawatan dan penataan sarana wisata walaupun swadaya dari masyarakat.
Selanjutnya: Dukung energi terbarukan, INDY turut kembangkan ekosistem kendaraan listrik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News