Reporter: Venny Suryanto | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dampak dari wabah virus corona yang melanda di berbagai negara turut berdampak pada pertumbuhan ekonomi serta kas negara yang difokuskan untuk penanganan dan pemulihan Covid-19, termasuk di Indonesia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, di masa pandemi Covid-19, negara-negara maju seperti Inggris, Jerman, Prancis, Jepang, dan sebagainya sudah mengalami resesi akibat pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal mengalami kontraksi.
Misalnya saja Inggris di kuartal 1-2020 mengalami kontraksi menjadi 1,6% dan di kuartal 2-2020 di angka -15,4%.
Baca Juga: Utang pemerintah naik untuk atasi Covid-19, ekonom Core: Belum perlu privatisasi BUMN
Menkeu bilang, Indonesia menjadi salah satu negara yang beruntung, meski mengalami kontraksi pada kuartal II yakni -3,1%, namun pada kuartal I-2020 masih tumbuh 2,97%.
“Kita masih beruntung dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya yang sudah dua kuartal berturut-turut mengalami kontraksi, artinya ini masuk dalam resesi, namun Indonesia masih tumbuh positif pada kuartal I-2020,” Jelas Sri Mulyani dalam live conference, Jumat (19/6).
Untuk itu, Menkeu berharap Indonesia mampu mengatasi pandemi Covid-19 pada kuartal III dan kuartal IV-2020 sehingga pertumbuhan ekonomi dapat segera pulih.
“Oleh sebab itu ada program-program yang sudah diatur seperti PEN dan penanganan Covid-19 yang tertuang dam postur APBN yang baru,” Tambahnya.
Menkeu mengatakan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) telah mengalami perubahan yang luar biasa. Semula, Menkeu berharap di tahun 2020 keseimbangan primer pada APBN mendekati angka nol artinya sudah mulai sangat sehat.
“Dimana penerimaan dan belanja kira-kira sudah mulai seimbang, sehingga kita memiliki defisit yang hanya 1,76%,” Tambah Menkeu.
Namun, kejadian luar biasa yang tak terduga akibat Covid-19 menyebabkan pengeluaran yang hampir Rp 700 triliun.
Baca Juga: Demi biayai penanganan corona pemerintah cetak Sukuk Global senilai Rp 36,55 triliun
Disamping itu, pemasukan negara melalui pajak, bea dan cukai serta penerimaan non pajak melihat bahwa penerimaan ke kas negara justru menurun.
“Belanja naik, tapi penerimaan turun, jadi defisit kita ikut naik yang tadinya kita desain 1,76% sekarang akan di atas 6% dari PDB kita (6,34%), ini artinya negara kita mengalami tekanan yang luar biasa berat,” tegasnya.
Ia bilang, saat ini pemerintah terutama Menkeu sedang melakukan usaha dan kerja keras untuk memulihkan ekonomi. Dengan cara lebih antisipatif, cerdas dan kerja keras untuk menjaga keuangan negara.
“Bagaimana tekanan ini akan kita kelola dan bertahap kita akan menyehatkannya kembali,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News