Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Optimisme konsumen di bulan April 2018 tipis menguat, setelah tiga bulan berturut-turut terus melemah. Hasil survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) April 2018 yang meningkat tipis 0,6 poin dari bulan sebelumnya menjadi 122,2.
Peningkatan optimisme konsumen tersebut utamanya didorong oleh membaiknya ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan. Sementara persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini stagnan.
Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK) meningkat 1,3 poin menjadi 134,3. Kenaikan ekspektasi konsumen ini ditopang oleh meningkatnya ekspektasi kegiatan dunia usaha enam bulan yang akan datang, sebesar 1,9 poin ke posisi 136,4. Sementara komponen ekspektasi penghasilan dan ketersediaan lapangan pekerjaan enam bulan ke depan masing-masing naik 1,6 dan 0,5 poin.
Sementara itu, Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) tercatat stagnan di level 110,2. Pada IKE, komponen penghasilan saat ini naik 0,5 poin ke level 121,2. Komponen pemberian barang tahan lama tak berubah, di level 113,9, dan komponen ketersediaan lapangan pekerjaan kembali turun 0,6 poin setelah tiga bulan berturut-turut sebelumnya juga mengalami penurunan. Dengan penurunan itu, komponen ketersediaan lapangan pekerjaan kembali ada di level pesimis (<100), yaitu 95,5.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, meski IKK naik di Apri, inflasi inti April justru turun menjadi 0,15% dari bulan sebelumnya sebesar 0,2%. Penurunan inflasi inti itu meneruskan penurunan di Januari dan Februari 2018. Artinya, permintaan masih lemah.
Selain itu lanjut dia, jika dilihat IKK per kelompok, yang paling optimis adalah kelompok pengeluaran di atas 5 juta per bulan. Sementara yang IKK-nya menurun ada di kelompok pengeluaran menengah bawah.
"Ini menandakan tekanan daya beli kelas menengah ke bawah masih cukup besar," kata Bhima kepada KONTAN, Jumat (4/5) lalu.
Menurutnya, hal ini lantaran masyarakat cukup khawatir terhadap penyerapan tenaga kerja. Makanya, hal ini juga perlu dicermati pemerintah.
Ia memperkirakan, memasuki ramadan tahun ini terdapat sinyal optimisme konsumsi masyarakat. Sebab, seasonal permintaan semua jenis barang baik batang tahan lama dan barang konsumsi seharusnya cukup tinggi.
"Syaratnya pemerintah menjaga agar harga BBM, dan pangan tetap stabil. Momentum perbaikan harga komoditas seperti batubara misalnya akan mendorong pemulihan konsumsi di luar Jawa," tambah dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News