kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Keyakinan konsumen menguat tipis di April


Sabtu, 05 Mei 2018 / 12:28 WIB
Keyakinan konsumen menguat tipis di April
ILUSTRASI. Ekspor busana Muslim


Reporter: Adinda Ade Mustami, Tane Hadiyantono | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) selama April 2018 menguat tipis 0,6 poin dari bulan sebelumnya menjadi 122,2. Penguatan indeks ini jelas merupakan kabar baik setelah tiga bulan berturut-turut melemah.

Direktur Departemen Komunikasi BI Arbonas Hutabarat mengatakan, peningkatan optimisme konsumen tersebut terutama didorong membaiknya ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan. "Sementara persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini masih stabil," ujarnya, Jumat (4/5).

Berdasarkan survei BI, Arbonas melanjutkan, Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK) juga meningkat 1,3 poin menjadi 134,3. Kenaikan ini, ditopang peningkatan ekspektasi kegiatan dunia usaha enam bulan mendatang. Komponen itu tercatat naik 1,9 poin ke posisi 136,4. Sedang komponen ekspektasi penghasilan dan ketersediaan lapangan pekerjaan enam bulan ke depan masing-masing naik 1,6 dan 0,5 poin.

Adapun Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) tercatat stabil di level 110,2. Dalam IKE, komponen penghasilan saat ini naik 0,5 poin ke posisi 121,2. Komponen pemberian barang tahan lama tak berubah, tetap di level 113,9.

Hasil survei BI ini berbeda dengan riset Danareksa Institute yang mencatat IKK April turun 2,2% menjadi 98,5. Penurunan tersebut disebabkan kekecewaan pada kondisi lapangan kerja saat ini.

Khawatir pekerjaan

Berdasarkan rilis hasil survei Danareksa Institute yang diterima KONTAN kemarin, sebanyak 74,4% konsumen yang menjadi responden mengaku khawatir terhadap tingginya harga bahan pangan. Kemudian, sekitar 39% konsumen cemas dengan isu kelangkaan lapangan kerja.

Kekhawatiran terhadap ketersediaan lapangan kerja ini juga terekam dalam hasil survei BI. Komponen ketersediaan lapangan pekerjaan kembali turun 0,6 poin. Ini melanjutkan penurunan tiga bulan berturut-turut sebelumnya. Dengan penurunan itu, komponen ketersediaan lapangan pekerjaan tetap di level pesimis (<100), yaitu 95,5.

Mengacu hasil survei Danareksa Institute, kekhawatiran terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan ini menyebabkan komponen Indeks Ekspektasi (IE) turun 2,8% menjadi 111,4 pada April.

Pelemahan indeks yang jadi cerminan harapan akan masa depan disebabkan oleh menurunnya optimisme masyarakat terhadap prospek ekonomi dan lapangan kerja dalam enam bulan mendatang.

Dengan menurunnya optimisme masyarakat terhadap prospek ekonomi dalam enam bulan ke depan, rencana belanja barang tahan lama juga mengalami penurunan pada April lalu. Ini terlihat dari hasil survei Danareksa Institute yang menyebutkan, sebanyak 41,59% konsumen yang berencana membeli barang-barang tahan lama dalam enam bulan mendatang. Di bulan sebelumnya, konsumen yang berencana membeli barang-barang tahan lama dalam enam bulan mendatang lebih tinggi, yakni mencapai 42,75%.

Walau demikian, dibanding periode sama tahun sebelumnya, keyakinan konsumen itu masih lebih tinggi. Pada April 2017, hanya 39,79% konsumen yang berencana membeli barang-barang tahan lama dalam enam bulan mendatang.

Ada juga konsumen yang meyakini tekanan inflasi bakal meningkat dalam enam bulan mendatang. Indeks pengukur sentimen inflasi bulanan naik 1,3% menjadi 187,9 pada April. Dibanding bulan sama tahun sebelumnya, indeks tersebut juga melampaui level 186,5. Penyebabnya, ada anggapan harga bahan pangan akan naik selama bulan puasa dan Lebaran pada Juni nanti.

Menurut Muhammad Faisal, Direktur Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, rendahnya optimisme konsumen tersebut akibat kebijakan perpajakan pemerintah yang agresif. Ini yang membuat daya beli dan optimisme konsumen terus tertekan. Khususnya, konsumen dengan tingkat ekonomi menengah ke atas. Sebaliknya, "Pemerintah cenderung meningkatkan daya beli di masyarakat bawah melalui penyaluran bantuan sosial," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×