kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45928,25   -3,11   -0.33%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dapat Berkah dari Belanja Pemilu, Pengusaha Optimis Sektor Manufaktur Kian Menggeliat


Rabu, 01 Februari 2023 / 16:24 WIB
Dapat Berkah dari Belanja Pemilu, Pengusaha Optimis Sektor Manufaktur Kian Menggeliat
ILUSTRASI. Industri manufaktur Indonesia makin menggeliat.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri manufaktur Indonesia makin menggeliat. Ini tercermin dari peningkatan Purchasing Managers's Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang meningkat menjadi 51,3 pada Januari 2023.

Angka ini naik 0,4 poin jika dibandingkan pada bulan sebelumnya yang tercatat 50,9. Meski pertumbuhan ini terbilang sedang, namun angka PMI sedang berada di titik tertinggi sejak bulan Oktober 2022.

Hanya saja, permintaan domestik masih menjadi pendorong utama kenaikan penjualan. Sementara, permintaan dari luar negeri justru menunjukkan penurunan. Oleh karena itu, hal tersebut akan  menjadi penghambat besar sektor yang telah terjadi sejak 2022.

Baca Juga: Disokong Permintaan Domestik, PMI Manufaktur Indonesia Naik per Januari 2023

Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) Ratna Sari Loppies mengatakan bahwa pihaknya tetap optimis bahwa industri manufaktur Indonesia masih bergeliat di tahun ini meskipun adanya penurunan permintaan dari luar negeri.

Menurutnya, permintaan domestik masih akan tetap menyokong kinerja manufaktur Indonesia di tahun ini, terlebih lagi dirinya melihat akan ada perputaran uang pada saat memasuki tahun politik dan hal tersebut juga akan mendorong kinerja manufaktur Indonesia.

"Tahun politik itu biasanya uang beredar banyak, jadi itu juga poin tersendiri (meningkatkan permintaan domestik," ujar Ratna kepada Kontan.co.id, Rabu (1/2).

Meski permintaan ekspor melemah, namun Ratna menyampaikan bahwa dengan penduduk Indonesia yang besar maka hal tersebut juga memiliki potensi market yang besar pula.

"Iya optimis, karena kita kan sebenarnya dengan besarnya penduduk juga sudah potensi market tersendiri. Tinggal sekarang bagaimana langkahnya Presiden Jokowi bagus tidak boleh ekspor bahan baku, harus ada nilai tambahnya baru di ekspor sehingga tercipta lapangan kerja," kata Ratna.

Baca Juga: Kemenperin: Ekspor Mobil Kian Melaju, Nilai Surplusnya Naik 64 Persen

Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S.Lukman mengakui bahwa ada peningkatan permintaan domestik khususnya pangan untuk persiapan puasa dan lebaran.

"Dan industri makan minum (mamin) merasakan permintaan yang meningkat dari retailer," ujar Adhi kepada Kontan.co.id, Rabu (1/2).

Begitu juga dengan ekspor pangan, Adhi melihat bahwa kinerjanya masih tetap bagus. Pasalnya, dirinya bilang, tahun lalu ekspor pangan olahan (diluar sawit) mengalami peningkatan hingga 20%.

"Kami dapat berkah memenuhi permintaan ekspor dari negara lain yang lockdown, kesulitan politik, logistik dan lain-lain," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×