kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Danareksa Research Institute: Untuk tekan defisit, RI mesti dorong investasi langsung


Selasa, 05 November 2019 / 18:20 WIB
Danareksa Research Institute: Untuk tekan defisit, RI mesti dorong investasi langsung
ILUSTRASI. Suasana di terminal petikemas pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (20/8). Danareksa Research Institute (DRI) menilai defisit neraca transaksi berjalan bisa diatasi dengan memperkuat investasi langsung. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/20/08/2018


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Danareksa Research Institute (DRI) menilai persoalan defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD), yang kini menekan ekonomi Indonesia bisa diatasi dengan memperkuat investasi langsung, baik investasi asing maupun dalam negeri.

Head of Danareksa Research Institute Moekti Prasetiani Soejachmoen mengatakan bahwa masalah defisit neraca transaksi berjalan atau CAD sebenarnya merupakan hal yang wajar terjadi pada negara berkembang, termasuk Indonesia.

Baca Juga: Antisipasi arus modal keluar, Kadin minta penurunan suku bunga tidak agresif

Namun defisit neraca transaksi berjalan itu bisa dikatakan wajar selama defisit tersebut disebabkan karena meningkatnya impor barang modal dan bahan baku demi mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 6-12 bulan ke depan. Hal ini mengingat industri di Indonesia masih sangat tergantung pada impor barang modal dan bahan baku.

“Defisit neraca transaksi berjalan menjadi tidak produktif apabila disebabkan oleh impor barang konsumsi yang tinggi. Yang lebih penting dalam mengatasi masalah defisit neraca transaksi berjalan adalah bagaimana Indonesia membiayai defisit tersebut,” katanya dalam keterangan tertulis, Selasa (5/11).

Dia menjelaskan, saat ini defisit neraca transaksi berjalan Indonesia lebih banyak dibiayai oleh investasi portofolio yang sifatnya sangat volatil dan gampang berpindah keluar negeri (capital outflow) alias hot money.

“Menggantungkan pembiayaan defisit neraca transaksi berjalan pada investasi portfolio itu meningkatkan ketidakpastian. Sebab itu, pemerintah perlu meningkatkan investasi langsung baik Penanaman Modal Dalam Negeri [PMDN] maupun Penanaman Modal Asing [PMA],” katanya.

Neraca Pembayanan Indonesia (balance of payment) adalah indikator yang mengukur arus devisa (mata uang asing) yang masuk dan keluar dari Indonesia. Mengacu data Bank Indonesia (BI), komponen NPI terdiri dari transaksi berjalan (current account), transaksi modal (capital account), dan transaksi finansial (investasi langsung dan portofolio seperti obligasi dan saham).

Baca Juga: Pemerintah berencana bentuk Kredit Super Mikro

Mengacu data BI, pada kuartal II-2019, NPI membukukan defisit senilai US$ 1,98 miliar. Padahal pada kuartal I-2019, Indonesia mengalami surplus senilai US$ 2,42 miliar. 

Defisit yang paling terasa adalah pos transaksi berjalan yang merupakan komponen dari NPI. Pada kuartal II-2019, defisit transaksi berjalan (CAD) mencapai 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Moekti menjelaskan upaya pemerintah dalam menekan defisit neraca pembayaran ini sudah terlihat, apalagi jika melihat susunan Kabinet Indonesia Maju pemerintahan Joko Widodo-Ma’ruf Amin periode 2019-2024.



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×