Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wabah virus Corona yang merebak pada akhir Januari lalu berpotensi menahan laju pertumbuhan ekonomi global, termasuk Indonesia dan beberapa negara mitra dagangnya, seperti Jepang, Korea Selatan, dan Singapura.
Ekonom BCA David Sumual memprediksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I 2020 bisa hanya di kisaran 4,8% - 4,9% dan dengan demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini diperkirakan hanya tertahan di kisaran 4,8% - 5%.
Baca Juga: Penyebaran virus corona berpotensi seret pertumbuhan ekonomi ke level 4%
Sementara China yang merupakan mitra dagang terbesar Indonesia diperkirakan hanya mampu tumbuh di kisaran 5% - 5,5% atau lebih rendah dari tahun sebelumnya yang sebesar 6%.
Sementara negara lain seperti Jepang dan Korea Selatan juga berpotensi untuk turun dengan asumsi 1% penurunan ekonomi China sama dengan penurunan 0,5% mereka. Khusus untuk Singapura, potensi penurunan minimal 0,5% di setiap 1% penurunan pertumbuhan China.
"Namun ini dengan catatan kalau wabahnya tidak berlanjut hingga kuartal II tahun ini," kata David kepada Kontan.co.id, Selasa (3/3).
Baca Juga: Bank Mandiri sebut kebijakan baru BI bisa memperkuat likuiditas di pasar
Sementara bila wabah berlanjut, David memprediksi China hanya bisa tumbuh terbatas di kisaran 4,5% - 5%.
Kabar baiknya, David melihat bahwa kondisi di China sendiri sudah mulai membaik. Ia menyebut sudah mulai ada aktivitas pengiriman barang yang sudah dilakukan oleh negeri Tirai Bambu tersebut. Ini menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi sudah mulai berjalan.
Sementara di negara-negara lain, David juga melihat bahwa pemerintah dan bank sentral masing-masing negara juga langsung gencar mengeluarkan kebijakan-kebijakan dan insentif untuk menanggulangi efek negatif yang lebih parah dari virus ini, termasuk juga dengan Indonesia.
Baca Juga: Penurunan bunga kredit sudah dimulai, segmen mana yang turun lebih dulu?
"Kalau sekarang Indonesia kan ada langkah antisipatif dari pemerintah, serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesai (BI), tetapi yang perlu dicatat adalah segerakan implementasinya sehingga kita tidak kehilangan momentumnya," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News