Reporter: Ratih Waseso | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Center of Reform on Economics (Core), Yusuf Rendy mengatakan, dampak adanya varian Omicron berpeluang menekan laju pertumbuhan ekonomi terutama di kuartal pertama.
Namun, jika berbicara seberapa besar dampaknya pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Maka akan bergantung seberapa besar kenaikan kasus yang akan terjadi di beberapa kota-kota besar lain di Jawa dan Bali selain Jabodetabek.
Belajar dari pengalaman kenaikan kasus delta pada Juli silam, maka kenaikan kasus di Februari ini akan berpeluang berdampak ke perekonomian.
"Seberapa besar dampaknya sekali lagi akan ditentukan dari seberapa besar kenaikan kasus akan terjadi terutama di kota-kota besar di Jawa dan Bali," jelas Yusuf saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (7/2).
Yusuf menambahkan, keputusan pemerintah yang melakukan peningkatan level PPKM di wilayah yang mengalami kenaikan dinilai tepat. Di mana terjadi kenaikan kasus yang semakin eksponensial grafik kenaikannya.
Baca Juga: Epidemiolog Minta Semua Pihak Tak Meremehkan Covid-19 Varian Apapun
"Dengan peningkatan PPKM maka aktifitas masyarakat dibatasi, dengan dibatasinya aktifitas pemerintah bisa menekan angka kenaikan kasus, jika bisa ditekan maka seharusnya penyebarannya bisa ditekan untuk tidak terjadi dalam waktu yang relatif lebih lama, jika ini dilakukan maka upaya menjaga asa perekonomian terutama di kuartal II juga bisa dilakukan," jelasnya.
Selain itu, Yusuf juga memandang perlunya kembali pemerintah menyalurkan bantuan sosial kepada masyarakat kelompok rentan dan hampir miskin.
"Jadi penyaluran bansos tidak hanya menyasar dari kelompok miskin saja. Di tahapan ini menurut saya, bansos dalam bentuk tunai seperti BST menjadi pilihan yang relatif ideal," paparnya.
Dengan bantuan tersebut, masyarakat dapat membelanjakan bantuannya pada warung-warung kebutuhan pokok di sekitar tempat mereka tinggal. Sehingga akan tercipta multiplier effect.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News