kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dampak Kenaikan Harga BBM dan Suku Bunga Acuan Terhadap Investasi di Dalam Negeri


Minggu, 28 Agustus 2022 / 13:03 WIB
Dampak Kenaikan Harga BBM dan Suku Bunga Acuan Terhadap Investasi di Dalam Negeri
ILUSTRASI. Layanan SPBU Pertamina di?Regional Kalimantan. Dampak Kenaikan Harga BBM dan Suku Bunga Acuan Terhadap Investasi di Dalam Negeri.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Bank Indonesia (BI) telah mengerek suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) atau 0,25% menjadi 3,75%. Langkah ini diambil oleh BI untuk memitigasi risiko peningkatan inflasi inti dan ekspektasi inflasi akibat kenaikan berbagai kelompok harga.

Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, tingkat suku bunga yang lebih tinggi akan berpengaruh terhadap cost of fund investor, sehingga proyeksi terhadap pembiayaan investasi akan berubah seiring bunga yang dibayarkan memiliki variabel penting dalam keputusan investasi.

"Investor tentu tidak hanya menggunakan modal sendiri, tetapi juga mencari pendanaan dari perbankan atau penerbitan surat utang," ujar Bhima kepada Kontan.co.id, Minggu (28/8).

Bhima menyampaikan, tentunya suku bunga acuan yang naik baik di dalam negeri maupun di negara maju menjadi perhatian terhadap besaran Internal Rate of Return (IRR) dari investasi dibanding dengan laju kenaikan bunga.  Menurutnya, jika IRR-nya masih bagus, tentu tidak masalah untuk melanjutkan realisasi investasi. 

Baca Juga: Melemah 0,52%, Berikut Katalis Penggerak IHSG dalam Sepekan

"Artinya, investor akan lebih selektif memilih sektor usaha yang masih solid dan memberikan return menarik," katanya.

Di sisi lain, Ia mengatakan, tantangan inflasi akibat kenaikan harga bahan bakar subsidi (BBM) juga turut mempengaruhi proyeksi permintaan jangka pendek, terutama segmen menengah bawah. Misalnya saja pada sektor industri manufaktur,  industri properti, industri Fast Moving Consumer Good (FMCG), atau transportasi, efeknya langsung dirasakan.

Alhasil, permintaan yang menurun tersebut berakibat pada perubahan strategi investasi, yang mungkin lini produknya akan diturunkan kualitasnya untuk disesuaikan dengan kemampuan daya beli konsumen.

Sementara itu, apabila pemerintah menaikkan harga BBM subsidi hingga 30%, Bhima memperkirakan kinerja Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada kuartal III-2022 berada direntang 2,5% hingga 3% year on year (yoy).

Baca Juga: Hitungan ESDM, Harga Keekonomian Pertalite Sudah Mencapai Rp 17.200 per Liter

"Ini dengan asumsi pemerintah menaikkan harga BBM subsidi naik 30%," tuturnya.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta Diana Dewi mengatakan, Index Harga Saham Gabungan selama sepakan kemarin mengalami pelemahan 0,52% dikarenakan adanya isu kenaikan harga BBM yang sedemikian kuat. Sehingga dengan adanya kenaikan BBM tersebut, para investor akan menghitung ulang tentang kenaikan biaya produksi beserta turunannya dan daya beli masyarakat.

"Dua hal ini akan menjadi pertimbangan utama dari para investor. Untuk investor jangka pendek dan menengah pasti akan sangat berpengaruh sekali," ujar Diana kepada Kontan.co.id, Minggu (28/8).

Baca Juga: BI Memperkirakan Deflasi 0,13% di Pekan Keempat Agustus 2022

Diana mengungkapkan, saat ini para pengusaha sedang berupaya menghitung beberapa yang dapat dilakukan efisiensi, diantaranya adalah efisiensi jalur distribusi barang. Harapannya adalah bisa melakukan efisiensi dari sisi menjaga margin agar tidak terputus terlalu signifikan. 

Untuk itu, Ia menyebut, pemerintah harus dapat memberikan jaminan keamanan kepada para pengusaha agar jalur distribusi barang dapat di hemat. Hal ini mengingat infrastruktur yang ada saat ini sudah sedemikian baik, sehingga efisiensi dapat dilakukan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×