Reporter: Adi Wikanto | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penularan campak di Indonesia meluas, hingga sejumlah daerah menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) campak. Lalu, apa saja ciri-ciri campak pada anak?
Campak adalah penyakit yang umumnya terjadi pada anak-anak. Ciri-ciri penyakit campak antara lain timbul bintik-bintik merah di kulit dan demam tinggi.
Biasanya, penyakit campak bisa sembuh sendiri. Namun, kita tidak boleh meremehkan penyakit campak.
Dilansir dari Kompas.com, Plt. Direktur Pengelolaan Imunisasi Ditjen P2P Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Prima Yosephine mengatakan, KLB tersebut ditetapkan oleh pemerintah daerah (Pemda) setempat.
Untuk diketahui, suatu daerah dinyatakan KLB jika terdapat minimal 2 kasus campak yang sudah terkonfirmasi pemeriksaan laboratorium dan punya kaitan epidemiologi.
"Pernyataan KLB datangnya dari Pemda. Kemenkes tidak mengeluarkan pernyataan KLB, kecuali sifatnya KLB nasional. Jadi jika sudah (terjadi) cukup luas, maka di-stated oleh Pak Menteri (Kesehatan)," kata Prima dalam konferensi pers secara daring, Jumat (20/1/2023).
Baca Juga: Inilah Komplikasi Akibat Campak, Waspadai Ciri-Ciri Campak Berikut
Prima mengungkapkan, banyaknya kasus campak yang terjadi di Tanah Air tidak terlepas karena pandemi Covid-19.
Menurutnya, pandemi Covid-19 membuat para orang tua tidak berani membawa anaknya ke luar rumah, sehingga target realisasi imunisasi pun turun signifikan.
Target Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) untuk mengejar imunisasi campak dan rubella di luar Jawa-Bali pun belum sempurna. Dari target 95 persen, realisasinya hanya 60,13 persen.
Sementara di Pulau Jawa dan Bali sudah mencapai target sebesar 98 persen, sehingga tetap cakupan BIAN secara nasional mencapai 72,2 persen.
"Artinya masih ada anak yang masih belum bisa menemukan atau belum memiliki kekebalan terhadap campak," ucapnya.
Sepanjang tahun 2022, telah dilaporkan 3.341 kasus konfirmasi campak di 223 kabupaten kota di 31 provinsi. Sebagian kasus tidak pernah mendapatkan imunisasi campak dan rubella.
Baca Juga: Manfaat Imunisasi Rutin untuk Kesehatan Anak dan Dampak Jika Anak Tidak Diimunisasi
"Kasusnya sebagian besar tidak pernah diimunisasi. Beberapa ada yang diimunisasi tapi enggak lengkap. Yang lengkap hanya sebagian kecil, sedangkan beberapa juga tidak diketahui status imunisasinya," jelas Prima.
Berikut daftar KLB campak di Indonesia yang dihimpun Kemenkes:
1. Provinsi Sumatera Barat Kabupaten Tanah Datar (2 kasus campak) Kabupaten Agam (3 kasus campak) Kota Bukittinggi (11 kasus campak) Kota Pariaman (KLB ke-1, 2 kasus campak) Kota Pariaman (KLB ke-2, 3 kasus campak) Kabupaten Pasaman Barat (7 kasus) Kabupaten Solok (2 kasus) Kota Padang (4 kasus) Kabupaten Agam (KLB ke-2, 3 kasus campak) Kabupaten Agam (KLB ke-3, 3 campak) Kabupaten Agam (KLB ke-4, 7 kasus campak) Kota Padang (KLB ke-2, 2 kasus campak) Kota Padang (KLB ke-3, 2 kasus campak) Kota Padang (KLB ke-4, 2 kasus campak) Kota Padang (KLB ke-5, 2 kasus campak) Kota Padang (KLB ke-6, 2 kasus campak) Kota Padang (KLB ke-7, 2 kasus campak) Padang Pariaman (2 kasus) Solok (KLB ke-2, 2 kasus) Kota Sawah lunto (3 kasus) Kota Padang (KLB ke-8, 2 kasus ) Kota Padang Panjang (KLB ke-1, 2 kasus) Kota Padang Panjang (KLB ke-2, 2 kasus)
2. Provinsi Aceh Kabupaten Bireun
3. Provinsi Sumatera Utara Kabupaten Tapanuli Tengah (3 kasus) Kota Sibolga (6 kasus) Kota Medan (KLB ke-1, 3 kasus) Kota Medan (KLB ke-2, 5 kasus) Kota Medan (KLB ke-3, 2 kasus) Kota Medan (KLB ke-4, 2 kasus) Kabupaten Batu Barat (2 kasus) Kabupaten Sedang Bedagai (2 kasus)
4. Provinsi Jambi Bungo (5 kasus) Tanjab Barat (5 kasus)
5. Provinsi Banten Lebak (3 kasus) Serang (3 kasus) Kota Serang (3 kasus) Pandeglang (KLB ke-1, 8 kasus) Pandeglang (KLB ke-2, 10 kasus) Pandeglang (KLB ke-3, 2 kasus) Serang (KLB ke-2) Serang (KLB ke-3)
6. Provinsi Jawa Barat Bogor (6 kasus) Bandung Barat (2 kasus)
7. Provinsi Jawa Tengah Sukoharjo Boyolali
8. Provinsi Jawa Timur (KLB mix campak-rubella) Sampang Pamekasan Bangkalan Sumenep
9. Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten Nunukan
10. Provinsi NTT Kabupaten Sumba Timur (2 kasus)
11. Provinsi Papua Kabupaten Mimika
12. Provinsi Riau Kota Pekanbaru (5 campak) Kota Dumai (KLB ke-1, 2 campak) Kota Dumai (KLB ke-2, 2 campak)
Baca Juga: KLB Campak Di Indonesia, Inilah Gejala dan Obat Sakit Campak Pada Anak
Ciri-ciri campak pada anak
Ciri-ciri campak pada anak muncul 10 hingga 14 hari setelah tubuh terinfeksi virus. Mengutip dari Mayo Clinic, ada beberapa ciri-ciri campak yang biasanya terjadi.
Ciri-ciri campak tersebut meliputi demam, batuk kering, hidung berair, sakit tenggorokan, dan mata bengkak atau konjungtivitis.
Selama dua hingga tiga minggu, ciri-ciri campak terus berkembang dalam beberapa fase. Setelah melewati masa inkubasi 10 hingga 14 hari, ciri-ciri campak itu akan berlangsung selama dua hingga tiga hari.
Setelah itu, ciri-ciri campak yang muncul adalah ruam yang terdiri dari bintik merah. Ruam muncul pertama kali di wajah, kemudian menjalar ke paha dan kaki. Pada tahap ini, seseorang bisa mengalami demam tinggi.
Seseorang yang menderita campak bisa menularkan penyakit ke orang lain. Mayo Clinic menyebutkan, masa penularan adalah delapan hari, yaitu empat hari sebelum dan sesudah ciri-ciri campak muncul.
Penyebab campak
Selain karena belum mendapat vaksin, ada faktor lain yang membuat seseorang lebih risiko terkena campak. Berikut penyebab campak.
Pertama, penyebab campak meningkat saat Anda mengunjungi daerah lain di mana penyakit campak sedang menyebar luas.
Kedua, tubuh yang kekurangan vitamin A juga meningkatkan risiko munculnya Ciri-ciri campak. Jadi, jangan lupa untuk mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin A.
Obat sakit campak pada anak
Dilansir dari website RS Mitra Keluarga, obat sakit campak pada anak-anak tergantung pada gejala. Selain itu, obat sakit campak pada anak juga memperhatikan usia, dan kesehatan anak secara menyeluruh, hingga seberapa parah kondisinya.
Tujuan pemberian obat sakit campak pada anak untuk membantu meringankan gejala. Oleh karena itu, WHO, tidak ada obat khusus untuk sakit campak pada anak.
Namun, komplikasi parah dari campak dapat dikurangi melalui perawatan suportif, meliputi:
- Perbanyak istirahat. Usahakan menghindari kontak dengan lingkungan sekitar untuk mencegah penularannya.
- Pastikan asupan makanan bergizi seimbang, seperti buah dan sayuran yang banyak mengandung vitamin sehingga dapat meningkatkan kekebalan tubuh.
- Minum banyak air putih untuk memastikan tidak kekurangan cairan. WHO menganjurkan pasien campak meminum larutan rehidrasi oral yang bertujuan menggantikan cairan dan elemen penting lainnya yang hilang melalui diare atau muntah.
- Konsumsi obat pereda nyeri.
- Semua anak yang didiagnosis campak disarankan untuk menerima dua dosis suplemen vitamin A, yang diberikan dalam interval 24 jam. Tujuannya untuk mengembalikan kadar vitamin A yang rendah selama campak yang terjadi bahkan pada anak-anak yang bergizi baik. Suplemen vitamin A juga telah terbukti mengurangi jumlah kematian akibat campak.
Itulah perkembangan kasus KLB Campak di Indonesia serta serta ciri-ciri campak pada anak yang harus diwaspadai. Segera hubungi dokter jika anak mengalami campak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News