kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

CORE Perkirakan Konsumsi Rumah Tangga Kuartal I-2023 Tumbuh Melambat


Kamis, 13 April 2023 / 20:48 WIB
CORE Perkirakan Konsumsi Rumah Tangga Kuartal I-2023 Tumbuh Melambat
ILUSTRASI. Ekonom memperkirakan konsumsi rumah tangga pada kuartal I 2023 akan tumbuh lebih lambat. KONTAN/Baihaki/


Reporter: Ferry Saputra | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Center of Reform on Economics (CORE) memperkirakan konsumsi rumah tangga pada kuartal I 2023 akan tumbuh lebih lambat. Hal itu dipengaruhi sejumlah faktor.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal menyampaikan pada kuartal I-2023 cukup jelas indikasi terjadinya perlambatan konsumsi rumah tangga. Ini terindikasi dari perlemahan sisi daya beli. 

Dia mengatakan salah satu indikator yang paling kuat yang biasanya bisa menjadi patokan melihat daya beli adalah Indeks Penjualan Riil (IPR). IPR menunjukkan penjualan di sektor retail mengalami perlambatan sangat signifikan dan hanya tumbuh di kuartal pertama.

"Januari hingga Maret 2023 hanya tumbuh 1,6% padahal kalau dibandingkan dengan tahun lalu dengan periode yang sama itu tumbuh sampai 12,5%. Jadi, bisa dibayangkan dari 12,5% hanya tumbuh 1,6%," ucap dia, Rabu (12/4).

Baca Juga: Bank Mandiri Optimistis Kinerja Kredit akan Positif Sampai Akhir Tahun

Berdasarkan komponennya, Faisal menerangkan penurunan IPR terjadi hampir di semua komponen barang kecuali makanan dan minuman yang masih dibilang meningkat. Akan tetapi, meningkatnya terjadi perlambatan dibandingkan kuartal I tahun lalu sebesar 20% dan sekarang hanya 4%.

Dia menyampaikan pelemahan konsumsi rumah tangga dipengaruhi juga oleh normalisasi kebijakan fiskal dan moneter. Berhentinya program PEN-Covid-19 pada tahun ini, tentu membuat masyarakat tak lagi menerima banyak insentif. Hal itu juga dirasakan sejumlah sektor, termasuk kendaraan motor dan mobil.

"Pembelian rumah juga terdampak, tahun ini sudah di-stop, efeknya penjualan rumah tipe kecil hingga besar mengalami kontraksi pada kuartal 4-2022," ujarnya.

Sementara itu, Faisal juga menyebut inflasi terbilang sangat lemah pada kuartal I-2023. Tercatat hanya separuh dibandingkan kuartal I tahun lalu. Apabila dikaitakan dengan performa konsumsi rumah tangga, ada indikasi kuat disebabkan juga karena pelemahan sisi demand yang mengerek harga.

Faisal menjelaskan harga komoditas meningkat luar biasa pada 2022 dipengaruhi faktor geopolitik. Inflasi terlihat terus meningkat sejak awal hingga akhir 2022. Dengan demikian, memasuki 2023 harga yang sudah tinggi sejak tahun lalu, kemudian memengaruhi daya beli secara agregat, terutama kalangan bawah.

Baca Juga: Kendalikan Inflasi Pangan Jelang Lebaran, Bapanas Dorong Pemda Gelar Operasi Pasar

Dia menyebut fenomena itu terjadi di berbagai negara. Hal itu berimbas terhadap sisi daya beli pada 2023 yang diprediksi akan lebih lemah dibandingkan tahun lalu.

"Jadi, konsumsi rumah tangga akan lebih lambat pertumbuhannya pada tahun ini. Bukan berarti turun secara agregat, melainkan lebih lambat. Pada 2022 berada di atas 5%, tetapi pada tahun ini mungkin di bawah 5% atau masih di atas 4%. Artinya tidak sampai negatif," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×