Reporter: Ferry Saputra | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fokus masyarakat pada tahun ini diperkirakan tak akan lagi berkutat pada permasalahan pandemi Covid-19, tetapi bergeser ke inflasi.
Head of Research DBS Group Maynard Arif bahkan menyebut berdasarkan survei DBS Bank, masyarakat kalangan atas memilih untuk mengurangi kuantitas belanja karena perhatian mereka terhadap inflasi. Namun, masyarakat kalangan bawah cenderung memilih untuk mencari barang alternatif yang lebih murah.
Terkait hal itu, Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai peran kelompok pengeluaran menengah ke atas cukup masih sangat besar mencapai 83% terhadap total konsumsi nasional. Adapun konsumsi rumah tangga tahun ini diperkirakan tertahan di kisaran 4,8%-4,9%.
Angka perkiraan itu dipicu adanya pergeseran kecenderungan orang kaya mengalihkan belanja ke tabungan atau aset yang aman dan hal tersebut bisa menimbulkan paradox of thrift.
Baca Juga: Sektor Konsumsi Ngebut di Ramadan
"Artinya, kekhawatiran berlebih terhadap situasi ekonomi, termasuk stagflasi, sehingga menyebabkan permintaan agregat melambat," ucap dia kepada Kontan.co.id, Rabu (29/3).
Menurut Bhima, alasan masyarakat kalangan atas menggeser belanja ke tabungan atau aset yang aman karena adanya kekhawatiran resesi global, ancaman stagflasi, dan nilai aset yang berisiko tinggi bisa mengalami penurunan nilai. Oleh karena itu, dia berpendapat pemerintah harus bergerak cepat dalam mengendalikan inflasi.
Adapun hal yang perlu dibenahi dengan segera mungkin, yakni berkaitan dengan cost push atau sisi penawaran seperti kenaikan harga pangan akibat pupuk, gangguan produksi, hingga biaya logistik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News