kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

China di Ambang Resesi, Begini Dampaknya ke Perdagangan dan Investasi RI


Senin, 10 Oktober 2022 / 16:01 WIB
China di Ambang Resesi, Begini Dampaknya ke Perdagangan dan Investasi RI
ILUSTRASI. Jika China mengalami resesi, maka perekonomian Indonesia juga akan turut terdampak, salah satunya di sektor investasi REUTERS/Aly Song


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data pertumbuhan ekonomi China di kuartal III 2022 saat ini tengah dinanti-nantikan. Pasalnya, jika ekonomi terbesar kedua di dunia itu terkontraksi, maka kemungkinan terjadinya resesi global akan semakin nyata.

Jika China mengalami resesi, maka perekonomian Indonesia juga akan turut terdampak, salah satunya di sektor investasi, apalagi investasi yang masuk ke Indonesia dari Negeri Tirai Bambu ini terus meningkat. Selain itu, dari sisi perdagangan seperti ekspor juga akan turut terdampak.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat China sebagai negara kedua yang paling banyak berinvestasi di Indonesia. Pada kuartal II 2022 tercatat investasi yang masuk senilai  US$ 2,3 miliar.

Baca Juga: Produksi OPEC+ Dipangkas, Harga Minyak Mentah Cetak Kenaikan Mingguan Terbesar

Menanggapi hal tersebut, Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Indra Darmawan menilai, masih terlalu dini untuk melihat dampak investasi China di Indonesia dengan kondisi China saat ini.

“Masih terlalu dini untukk dilihat (dampak jika China terjadi resesi) dan harus dilihat terutama di sektor pengolahan logam dasar,” tutur Indra kepada Kontan.co.id, Senin (10/10).  

Menurutnya, sepanjang Indonesia terus menggenjot upaya hilirisasi berbasis logam dasar maka investasi China justru akan terus menguat.

Indra mencatat, sejak 2019 sampai semester I 2022 Foreign Direct Investment  (FDI) dari China berjumlah US$ 16,2 miliar, terbesar kedua setelah Singapura. Defisit neraca perdangangan RI dengan China mengecil dari US$ 18,4 miliar di 2018 menjadi US$ 2,4 miliar tahun 2021. Ia pun melihat trennya pada tahun ini masih positif.

Meski begitu, Indra tak menyangkal bahwa perlambatan ekonomi China sudah pasti berpengaruh terhadap perekonomian global. Pasalnya, ekonomi di negara ini adalah yang terbesar kedua di dunia dan merupakan mitra dagang penting bagi puluhan negara di dunia.

Baca Juga: Tertekan Dalam Sepekan, Begini Prediksi Rupiah Pekan Depan

“Perlambatan tersebut utamanya berasal dari penanganan Covid-19 yang ketat dan permasalahan di bidang properti. Permintaan dari China akan melambat dan berpengaruh terhadap ekspor ke China dari negara-negara mitra dagangnya,” kata Indra.

Meski terlalu dini untuk melihat dampak perlemahan ekonomi China ke Investasi Indoensia, Indra mengatakan pihaknya akan terus waspada. Menurutnya, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indoensia di 2023 masih dalam batas aman yakni 5,3%.

Sementara dari sisi investasi, selain mencari pasar dan peluang baru, penting juga  untuk  mengawal dan melayani investasi baru dari negara lain yang akan masuk ke Indoensia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×