Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Yudho Winarto
“Namun, masih terlalu dini kalau bilang China enggan masuk INA. Kita lihat dulu saat sudah mulai berjalan melakukan kegiatan operasionalnya. Sehingga bisa membuktikan ke banyak negara dan bisa menarik investasi dari negara lainnya juga,” kata Rosa kepada Kontan.co.id, Rabu (10/2).
Oleh karenanya, Rosan mengatakan bila INA sudah resmi terbentuk, maka harus sesegera mungkin membuat roadmap proyek-proyek yang akan didanai. “Dari pemerintah harus dipublikasikan secara terbuka dan dilakukan secara proper oleh LPI,” ujar Rosan.
Di sisi lain, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan tidak ada tendensi apa pun terkait China yang belum masuk jajaran komitmen investasi INA.
Baca Juga: Respons pemerintah terkait absennya China dalam daftar investor SWF Indonesia
Toh, China masih masuk jajaran kontributor terbesar realisasi foreign direct investment (FDI) yang dilaporkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Adapun data BPKM menujukan sepanjang tahun lalu realisasi investasi China mencapai US$ 4,5 miliar. Angkat tersebut setara 16,7% dari total FDI secara keseluruhan yakni US$ 28,7 miliar. Pencapaian ini memosisikan China sebagai kontributor FDI terbanyak setelah Singapura.
“Kalau (investor) Sovereign Wealth Fund (SWF) atau INA kan hanya masalah waktu. Jadi tidak ada masalah,” kata Iskandar kepada Kontan.co.id, Rabu (10/2).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News