Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 masih membelenggu Indonesia. Pandemi ini pun membuat pemerintah kembali merevisi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dari 5,07% terhadap produk domestik bruto (PDB) menjadi 6,34% PDB.
Melihat perkembangan terkini, Menteri Keuangan periode 2013-2015 Muhammad Chatib Basri memprediksi kalau defisit fiskal bahkan bisa membengkak di kisaran 7% hingga 8% terhdap PDB di akhir tahun.
Baca Juga: Menakar sentimen rencana pengembalian pengawasan bank ke BI pada saham bank
"Makanya, dalam kondisi ini, yang dibutuhkan adalah financing, extra budgetary support. Kita butuh sumber pembiayaan," jelas Chatib dalam webinar yang diadakan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Indonesia Banking School (IBS), Jumat (3/7).
Chatib memberikan imbauan terkait sumber pendanaan yang bisa dimanfaatkan pemerintah untuk menutup defisit fiskal. Pertama, dengan semakin mempertajam realokasi budget dengan membuat prioritas anggaran Kementerian/Lembaga (K/L) yang memang harus didahulukan.
Ia mengambil contoh dari sisi infrastruktur. Menurutnya, pemerintah bisa mempertimbangkan untuk pembangunan infrastruktur ditunda di tahun depan. Sementara di tahun ini, pemerintah bisa mengurangi anggaran pembangunan danĀ mengalihkannya untuk maintenance saja.
Baca Juga: Ramalan Chatib Basri: Bakal muncul masalah baru di 2021
"Lalu juga pembelian barang-barang capital expenditure, perjalanan dinas K/L yang memang sekiranya bisa di cut, silakan di cut. Tapi saya yakin sekarang bu Sri Mulyani sudah memotong itu," tambahnya.