Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Ekonomi Indonesia masih akan lesu di kuartal III dan IV sekaligus. Dengan mesin ekonomi yang bekerja hanya 50%, pemulihan ekonomi Indonesia diprediksi akan membentuk U shape, alih-alih membentuk pola V shape.
Proyeksi ini dilontarkan Menteri Keuangan 2013-2014 Chatib Basri di Twitter resminya @ChatibBasri.
Jika mesin ekonomi hanya bekerja 50%, kata Chatib dikutip darti Twitter resminya Senin (31/9), perusahaan-perusahaan di Indonesia bisa menjadi zombie companies atau mayat hidup.
Jika ekonomi hanya beroperasi 50%, maka untuk banyak sektor break even point tak tercapai. Perusahaan bisa tetap survive selama msh bisa bayar biaya variable spt gaji dsb, tapi tak untung. Perusahaan bisa jadi zoombie companies — M. Chatib Basri (@ChatibBasri) August 30, 2020
Perusahaan dapat bertahan hidup selama mampu membayar biaya, seperti gaji, namun tidak dapat mengantongi keuntungan. "Tidak ada insentif untuk ekspansi dan meningkatkan investasi. Ekonomi akan stuck (macet) atau pemulihan lambat," tulisnya dalam akun Twitter @ChatibBasri, dikutip Senin (31/8).
Ada empat faktor penyebab. Pertama, daya beli masyarakat lemah. Kedua, perilaku kelas menengah atas yang berhati-hati karena alasan kesehatan. Ketiga, perubahan perilaku, seperti belanja online, dan keempat, protokol kesehatan membuat ekonomi tidak bisa beroperasi 100 persen.
1. Daya beli yg lemah. 2. Perilaku kelas menengah atas yg berhati2 krn kesehatan. 3. Perubahan perilaku (belanja online dsb). 4. Protokol kesehatan membuat ekonomi tak bisa beroperasi 100%, akibatnya skala ekonomis tak tercapai — M. Chatib Basri (@ChatibBasri) August 30, 2020
Dampaknya, skala ekonomis tidak tercapai. "Jika ekonomi hanya beroperasi 50 persen, maka banyak sektor tidak mencapai break efek poin (kondisi dimana pendapatan sama dengan modal yang dikeluarkan atau titik impas," tegas Chatib.
Kekhawatiran Chatib tersebut berdasarkan data Google dan Humdata.org yang dipelajari sekaligus diolahnya. Data Google Mobility menunjukkan setelah pembukaan aktivitas, mobilitas masyarakat naik tajam. Namun, berangsur datar dan kemudian kembali melambat.
Data ini memaparkan sejumlah aktivitas masyarakat sempat tumbuh tinggi pada bulan Juni bertepatan dengan pembukaan ekonomi secara bertahap dan pelonggaran pembatasan sosial. Lalu, mulai kembali menurun pada bulan Juli dan Agustus.
Data google mobility menunjukkan bhw setelah re-opening aktifitas mobilitas naik tajam, lalu flat dan melambat. Data menunjukkan bulan Juni-Aug terjadi perlambatan. Ini juga konsisten dg survey @saifulmujani bhw persepsi org ekonomi kembali menurun pic.twitter.com/4g94H4MrJh — M. Chatib Basri (@ChatibBasri) August 30, 2020
Pergerakan masyarakat ke kantor semisal. Awalnya tumbuh 13% pada bulan Juni. Kemudian, turun menjadi 1,4% pada Juli, bahkan minus 0,2% pada Agustus.
Pun dengan aktivitas ritel sempat tumbuh dua digit 13,1% pada Juni. Lalu, melambat menjadi 7% pada Juli dan hanya 3,1% pada Agustus.
Aktivitas groseri dan farmasi awalnya tumbuh 5,9%pada Juni. Lalu, turun menjadi 4 persen pada Juli dan 2,8 persen pada Agustus.
Begitu pula aktivitas masyarakat di stasiun transit. Juni tumbuh 12,5% turun menjadi 7,9%pada Juli dan hanya 3,7%pada Agustus.
Chatib juga membuat perhitungan sederhana terkait distribusi vaksin kepada masyarakat. Berdasarkan perhitungannya, upaya ini membutuhkan waktu sekitar satu tahun untuk memberikan vaksin kepada 25 juta golongan masyarakat usia tua atau komorbid.
Dengan asumsi itu, pemerintah mampu menyediakan 68 ribu vaksin setiap hari dalam satu tahun. Makanya, ia menyarankan sebelum vaksin selesai, protokol kesehatan harus tetap dijalankan.
Jika ada 25 juta dan setahun 365 hari. Maka setiap hari harus ada 68 ribu org di vaksin selama setahun. Mampukah kita memvaksin 68 ribu orang per hari? Saya tdk tahu. Dan itu membutuhkan waktu 1 tahun. Padahal kabarnya dibutuhkan 2 kali vaksin. — M. Chatib Basri (@ChatibBasri) August 30, 2020
Efeknya, ekonomi tetapi beroperasi di bawah 100 persen. "Dengan kondisi ini, maka pemulihan akan berbentuk U, bukan V. Untuk kuartal III tahun ini mungkin masih terjadi perlambatan," ujarnya memprediksi.
Sebelum vaksin selesai, protokol kesehatan hrs tetap dijalankan. Artinya ekonomi harus beroperasi dibawah 100%. Dg kondisi ini, maka pemulihan akan berbentuk U, bukan V. Utk Q3 thn ini mungkin masih terjadi perlambatan — M. Chatib Basri (@ChatibBasri) August 30, 2020
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News