kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cadangan Devisa Turun Sepanjang 2022, Ini Sebabnya


Sabtu, 07 Januari 2023 / 06:17 WIB
Cadangan Devisa Turun Sepanjang 2022, Ini Sebabnya
ILUSTRASI. Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2022 sebesar US$ 137,2 miliar.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA . Bank Indonesia (BI) mencatat, cadangan devisa Indonesia meningkat pada akhir Desember 2022. Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2022 sebesar US$ 137,2 miliar atau naik US$ 3,2 miliar dari US$ 134,0 miliar pada bulan sebelumnya.

Meski meningkat dalam sebulan terakhir, cadangan devisa Indonesia per akhir 2022 lebih kecil ketimbang akhir 2021 yang mencapai US$ 144,90 miliar. Cadev Indonesia tahun 2022 mencapai level terendah US$ 130,2 miliar pada Oktober 2022 dan kembali naik dalam dua bulan berturut-turut hingga Desember 2022.

“Peningkatan posisi cadangan devisa pada Desember 2022 antara lain dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa, serta penarikan pinjaman pemerintah,” tulis Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangannya, Jumat (6/1). 

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menilai, jika dibandingkan dengan posisi pada akhir tahun 2021, turun signifikan sebesar US$ 7,7 miliar dari US$ 144,9 miliar meskipun mencatat surplus perdagangan yang tinggi. Hal ini disebabkan tekanan yang bersumber dari normalisasi moneter global yang lebih agresif untuk melawan inflasi yang tinggi, mendorong imbal hasil global serta memicu aliran modal keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.

Baca Juga: Hindari Crowding Out Effect, Pemerintah Terbitkan SBN Valas di Awal Tahun

Faisal menilai, pertumbuhan ekspor akan melambat lantaran penurunan harga komoditas, terutama untuk batubara dan crude palm oil (CPO), didorong oleh lesunya permintaan global di tengah meningkatnya risiko perlambatan ekonomi global. Meski diperkirakan menyusut, surplus neraca dagang bisa bertahan lebih lama lantaran penurunan harga komoditas akan lebih bertahap.

Sementara pertumbuhan impor di tahun 2023 diperkirakan akan lebih tinggi dari pertumbuhan ekspor, lantaran permintaan domestik akan terus menguat menyusul pencabutan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada akhir tahun 2022 dan keputusan untuk melanjutkan Proyek Strategis Nasional.

"Namun pertumbuhan impor pada tahun 2023 terlihat melemah dari pertumbuhan tahun 2022 karena harga minyak yang lebih rendah dan antisipasi penurunan ekspor. Sebagian bahan baku untuk memproduksi barang ekspor diperoleh dari impor," kepada Kontan.co.id , Jumat (6/1).

Faisal memperkirakan, neraca keuangan akan menghadapi beberapa rintangan. Meningkatnya ketakutan akan perlambatan ekonomi global dapat memicu sentimen risk-off di pasar negara berkembang, termasuk Indonesia karena investor cenderung beralih ke aset safe-haven.

"Pembukaan kembali ekonomi China, ekonomi terbesar kedua di dunia, juga dapat menarik investor untuk mencari penyeimbangan portofolio di Asia," ungkap Faisal.

Baca Juga: Dana Asing di Pasar SBN Kembali Masuk Berkat Sinyal The Fed

Ekonom BNI Sekuritas Damhuri Nasution mengatakan, kenaikan cadangan devisa pada Desember 2022 memang utamanya disebabkan oleh penarikan pinjaman pemerintah. Selain itu, surplus neraca perdagangan juga memegang peranan penting dalam peningkatan cadangan devisa tersebut.

Sementara itu, Damhuri melihat, faktor lain yang mendorong peningkatan cadangan devisa pada periode tersebut adalah mulai ramainya investor asing yang masuk ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia menyusul imbal hasilnya yang menarik.

"Ke depan cadangan devisa Indonesia diprediksikan akan terus meningkat sejalan dengan neraca perdagangan yang diperkirakan tetap surplus," ujar Damhuri kepada Kontan.co.id , Jumat (6/1).

Menurutnya, imbal hasil SBN yang tetap menarik akan menjadi faktor pendorong peningkatan inflow ke pasar obligasi. Selain itu, prospek ekonomi Indonesia yang tetap bagus akan menjadi daya tarik bagi investor asing untuk masuk ke pasar saham, khususnya pada Semester kedua 2023. 

Baca Juga: Simak Asumsi Makroekonomi yang Meleset di Tahun 2022

Ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat, kenaikan cadangan devisa yang sebesar US$ 3,2 miliar di bulan Desember tersebut didorong oleh net capital inflow (arus modal masuk) di pasar keuangan, terutama di pasar obligasi. Dia bilang, nilai capital inflow ke pasar keuangan secara total cenderung dikarenakan arus keluar keluar investor di pasar saham.

"Selama bulan Desember, investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) sebesar US$ 1,62 miliar di pasar obligasi, tapi mencatatkan penjualan bersih (net sell) sebesar US$ 1,34 miliar di pasar saham," ujar Josua kepada Kontan.co.id , Jumat (6/1).

Selain dari sisi arus modal masuk, Josua memperkirakan kenaikan cadangan devisa tersebut didorong oleh pengambilan kenaikan cadangan devisa yang didorong oleh pengambilan Utang Luar Negeri (ULN) pemerintah melalui jalur bilateral dan multilateral.

"Hal ini terefleksi oleh pemerintah yang belum menerbitkan SBN valas sepanjang bulan Desember lalu, sehingga penarikan utang pemerintah diperkirakan berasal dari jalur non surat utang," katanya.

Josua memperkirakan, seiring dengan potensi kebijakan The Fed yang tidak se-hawkish tahun 2022, masuknya investor asing ke pasar keuangan akan menjadi salah satu faktor yang mampu mendorong kenaikan cadangan devisa. Tidak hanya itu, dengan harga komoditas yang diperkirakan masih berada di atas level normalnya, surplus transaksi berjalan juga akan menopang kenaikan cadangan devisa.

"Cadangan devisa pada 2023 diperkirakan berada pada kisaran US$ 139 hingga 141 miliar," kata Josua. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×