Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Indonesia menerbitkan obligasi global atau Surat Berharga Negara (SBN) dalam valuta asing (valas) senilai US$ 3 miliar dalam tiga seri dengan format SEC Shelf Registered pada tanggal 5 Januari 2023.
Direktur Strategi dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Riko Amir mengatakan, penerbitan SBN valas tersebut dilakukan pemerintah dengan pertimbangan untuk menghindari crowding out effect, serta memenuhi kebutuhan pembiayaan valas.
Keputusan penerbitana SBN valas di awal tahun sebagai langkah mitigasi kebutuhan pembiayaan utang dan mempertimbangkan potensi peningkatan imbal hasil SBN, yang diperkirakan masih berlanjut di tengah ketidakpastian global.
Baca Juga: Utang Indonesia Bertambah Tambun
Termasuk juga mempertimbangkan potensi resesi global yang disertai dengan inflasi.
“Sebagai langkah untuk memitigasi risiko nilai tukar dalam pengelolaan portofolio utang, pemerintah membatasi pengadaan utang valas baru setiap tahun, termasuk SBN valas,” tutur Riko kepada Kontan.co.id, Jumat (6/1).
Dia menyebut, mayoritas penerbitan SBN dan pengadaan utang pemerintah tahun ini akan mengandalkan pasar domestik. Porsi penerbitan utang valas sekitar 15% hingga 25% dari kebutuhan pembiayaan utang 2023.
Lebih lanjut, Riko menyampaikan kondisi perekonomian global tahun ini akan mengalami pelemahan. Sehingga menjadi tantangan dalam pengelolaan utang pemerintah, terutama untuk memenuhi pembiayaan defisit.
Kondisi perekonomian global tersebut tentunya akan berdampak pada perekonomian domestik. Namun demikian, kondisi perekonomian domestik diperkirakan akan tetap tumbuh positif, sehingga instrumen SBN masih menarik bagi investor asing.
Baca Juga: Kemenkeu Masih Finalisasi Terkait Porsi Penerbitan SBN Tahun Depan
Untuk diketahui, pemerintah menargetkan pembiayaan utang tahun ini sebesar Rp 696,3 triliun. Angka ini turun jika dibandingkan dengan target pembiayaan utang yang ada dalam APBN 2022 yakni Rp 870,5 triliun maupun outlook di tahun ini yang sebesar Rp 757,6 triliun.
Pembiayaan utang tahun 2022 menurun karena kondisi perekonomian diperkirakan semakin membaik, serta seiring dengan defisit anggaran yang ditargetkan mencapai 2,84% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atau setara Rp 598,2 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News