Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Ketua Umum Perhimpunan Petani Kepala Indonesia (Perpekindo), Muhaemin Tallo mengungkap biang kerok langkanya kelapa di pasar Indonesia yang terjadi beberapa waktu belakang.
Dia bilang, penyebab utama kelangkaan itu disebabkan oleh hasil produksi yang anjlok hingga 60%. Bila pada tahun sebelumnya produksi kelapa tembus 14,3 miliar butir, pada tahun ini produksi kelapa hanya tembus sekitar 6 miliar butir.
“Hasil produksi kita ini kan menurun 60% dari 14,3 miliar menurun sekitar 60% karena efek El-Nino pada tahun 2023 hingga 2024,” jelasnya kepada KONTAN, Jumat (16/5).
Selain itu, Muhaemin menjelaskan penurunan hasil produksi kelapa itu juga terjadi karena efek panen yang umum terjadi. Di mana, produksi kelapa memang kerap turun setiap empat tahunan.
Dengan demikian, dia menampik pernyataan yang menyebut kelangkaan kelapa disebabkan karena petani melakukan ekspor jumbo pada tiongkok. Dia juga menyebut, umumnya petani hanya melakukan ekspor kelapa di level 1,1 miliar butir.
Baca Juga: Zulkifli Hasan Bilang Kelapa Langka Gara-Gara Tiongkok
“Jadi, kelangkaan kelapa itu sebenernya ya bukan karena semata-mata Karena diekspor ke China,” tegasnya.
Sejalan dengan hal itu, dia berharap bahwa pemerintah dapat hadir menstabilkan harga kelapa di pasar.
“Kalau harga stabil ya petani kan akan melakukan peningkatan produksi kebun dengan sendirinya. Seharusnya ada HPP [untuk kelapa], selama ini kita minta agar harga Rp5.000 di tingkat petani,” pungkasnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan), Zulkifli Hasan (Zulhas) mengungkapkan, kelangkaan komoditas kelapa santan di tanah air disebabkan oleh Tiongkok.
Zulhas menjelaskan, hal ini bermula ketika pelaku usaha yang melakukan ekspor kelapa ke negeri tirai bambu tersebut. Menurutnya, di sana kelapa dijadikan olahan sebagai campuran dalam menyajikan minuman kopi.
“Kelapa sekarang langka, karena kelapa sama teman-teman dari Tiongkok diolah jadi susu,” ujarnya saat membuka gelaran World of Coffee 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC), Senayan, Jakarta, Kamis (15/5).
Atas dasar hal itu, dia meminta agar petani dapat meningkatkan hasil produksi untuk mengatasi masalah kelangkaan kelapa tersebut.
Dia juga bilang, pemerintah tidak berencana mengambil opsi untuk menyetop maupun mengurangi kuota ekspor kelapa ke Tiongkok dalam mengatasi prahara tersebut.
“Solusinya tanam yang banyak. (Stop ekspor?) enggak, petaninya lagi untung banyak sekarang, bagus,” tandasnya.
Baca Juga: Meski Harga Turun, Pasokan Kelapa Masih Seret
Selanjutnya: Harga Patokan Ekspor Konsentrat Tembaga Naik 3,18% pada Periode Kedua Mei 2025
Menarik Dibaca: Cuaca Besok di Wilayah DIY, Waspada Hujan Petir di Kota Jogja
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News