kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Buat sumur resapan, Jokowi diminta libatkan warga


Kamis, 23 Januari 2014 / 14:58 WIB
Buat sumur resapan, Jokowi diminta libatkan warga
ILUSTRASI. Layanan nasabah kartu kredit BCA. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pembuatan sumur resapan air di Jakarta dinilai belum banyak melibatkan peran serta masyarakat. Padahal, sumur resapan menjadi penting untuk menyimpan ketersediaan air di dalam tanah, juga untuk mengatasi masalah banjir.

Peneliti Limnologi LIPI M Fakhrudin mengatakan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Gubernur Joko Widodo sudah baik untuk memulai program membuat sumur resapan di berbagai wilayah. Namun, jumlahnya dinilai masih terlalu minim, sehingga perlu ditambah dengan keteribatan masyarakat.

"Bagus, hanya kurang banyak. Warga harusnya juga dilibatkan," kata Fakhrudin, dalam jumpa pers dengan tema "Skenario Mengatasi Banjir Jakarta", di gedung LIPI, Jakarta, Kamis (23/1/2014).

Salah satunya, yakni mengajak warga agar membuat sumur resapan di tiap rumah mereka masing-masing. Warga bisa membuat sumur resapan tergantung kapasitas ruang di rumah mereka.

Idealnya, sumur resapan bisa dibuat dengan menggali lubang selebar 0,6 meter dengan kedalaman 1,5 meter. Fakhrudin melanjutkan, tidak hanya sumur resapan yang bisa dijadikan sarana untuk menyerap air. Menjadikan halaman rumah hijau juga berarti juga sudah membuat daerah resapan.

"Enggak perlu sumur saja. Kalau halaman agak besar, tanah yang ada rumput saja sudah bisa jadi resapan," ujar Fakhrudin.

Lalu, bagaimana mengenali halaman rumah kita yang belum memiliki area resapan air? "Indikatornya dari hujan turun, kalau air itu mengalir keluar, berarti tidak ada resapan," ujar Fakhrudin.

Ia pun menganjurkan agar program membuat sumur resapan bisa dilombakan di suatu kampung. Atau, dengan cara mengadakan lomba bagi kampung hijau dan lainnya. Ia menilai wilayah Jakarta masih kurang daerah sebagai tempat penyerapan airnya. "Lebih besar penyerapan air dari pada pengisiannya," ujarnya.

Partisipasi masyarakat dinilai perlu untuk membantu pemerintah. Namun, sejauh ini ia melihat hal itu masih belum banyak dilakukan. "Partisipasi masif dari masyarakat. Karena seharusnya pemerintah sudah buat apa, masyarakat juga mesti berbuat sesuatu," ujar dia. (Robertus Belarminus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×