Reporter: Siti Masitoh | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Inflasi pada Maret 2023 tercatat sebesar 0,18% month to month (MtM). Inflasi ini terbilang rendah mengingat pada bulan lalu merupakan awal bulan Ramadan, dimana permintaan masyarakat cenderung meningkat sehingga mengerek inflasi.
Direktur Statistik Harga Badan Pusat Statistik (BPS) Windhi Putranto menjelaskan, terdapat beberapa faktor yang membuat inflasi pada Maret rendah. Di antaranya, puasa jatuh pada 22 Maret atau hanya berlangsung selama 9 hari pada bulan tersebut. Menurutnya dampak Ramadan memang mempengaruhi inflasi bulan tersebut namun belum sepenuhnya.
“Faktor lain, pengusaha tidak menaikkan harga, diduga karena bahan baku produksinya masih menggunakan stok sisa tahun lalu,” tutur Windhi kepada Kontan.co.id, Selasa (4/4).
Windhi menjelaskan, jika dibandingkan dengan sebelum pandemi yakni pada 2019, daya beli masyarakat saat ini memang belum 100% pulih. Namun perkembangannya sudah jauh lebih baik jika dibandingkan dengan 2020 dan 2021.
Awal tahun ini kata Dia, secara umum, tren permintaan terhadap barang dan jasa cenderung meningkat, bahkan sebelum masuk Ramadan dan begitu pun saat Ramadan tiba. “Tahun ini, meskipun sudah membaik, namun belum kembali ke normal sebelum pandemi,” katanya.
Baca Juga: Melambat, ADB Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI Tahun Ini Cuma 4,8%
Selain itu, efek kebijakan dari Kementerian Perhubungan yang menertibkan perintah agar maskapai penerbangan yang memasang tarif di atas ketentuan tarif batas atas (TBA) akan ditindaklanjuti. Sehingga kebijakan tersebut bisa menekan angka inflasi karena biasanya harga tiket yang melonjak menjadi salah satu faktor yang bisa mengerek inflasi ke level yang tinggi.
Pun dengan inflasi pangan pada Maret yang terbilang cukup rendah jika dibandingkan dengan sebelum pandemi pada 2019. Hal ini karena efek gerakan pemerintah pusat dan daerah dalam melakukan pengendalian inflasi.
“Konsumsi masyarakat di 2023 ini meskipun sudah baik dibanding 2020, 2021, 2022, tapi juga belum pulih 100%. Makanya dibilang menurun dibanding sebelum pandemi. Ini wajar, masih masa transisi,” imbuhnya.
Ekonom Ciptadana Sekuritas Renno Prawira juga menilai daya beli masyarakat menjelang Ramadan ataupun selama bulan Maret masih relatif baik, alias tidak menunjukkan daya beli masyarakat yang turun.
Baca Juga: Kendalikan Inflasi, Pemerintah Janji Jaga Stabilitas Harga Jelang Lebaran
Hal ini tercermin dari beberapa indikator di bulan Maret seperti jumlah uang beredar yang diwakili oleh M2 tumbuh positif sebesar 13,3% yoy, dan penyaluran kredit pun tumbuh 6,4% yoy.
Menurutnya inflasi pada bulan Maret yang rendah diakibatkan karena belum terprotretnya permintaan di bulan puasa secara utuh, sebab puasa terjadi di minggu terakhir bulan Maret.
Selain itu, pada periode tersebut juga terjadi panen raya meskipun beberapa tempat terjadi gagal panen akibat cuaca ekstrem, serta faktor dari pengendalian inflasi yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah.
“Saya juga mengapresiasi kinerja tim pengendali inflasi pusat dan daerah yang berhasil menjaga tingkat inflasi,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News