kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BPS: Pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021 naik 7,07%


Kamis, 05 Agustus 2021 / 11:23 WIB
BPS: Pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021 naik 7,07%
ILUSTRASI. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono.


Reporter: Bidara Pink, Siti Masitoh, Syamsul Ashar | Editor: Syamsul Azhar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2021, Kamis (5/8). Menurut BPS realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2021 sebesar 7,07 % secara year on year (YoY)

Realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2021 ini lebih besar dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2021 sebesar 0,74% YoY

Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang diterapkan pemerintah menekan kondisi usaha dalam negeri. Pelaku usaha berharap kebijakan tersebut tak berlanjut sampai akhir tahun agar ekonomi bisa melaju lebih kencang.

Tekanan terhadap ekonomi akibat kebijakan PPKM, salah satunya tercermin dari merosotnya kinerja industri pengolahan. Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada bulan Juli 2021, turun ke level 40,1, dari bulan sebelumnya posisi 53,5.

Baca Juga: Indonesia ingin keluar dari middle income trap? Ini kata Bappenas

Asal tahu saja, sektor manufaktur memegang peranan penting terhadap perekonomian, yaitu sebagai penyumbang terbesar produk domestik bruto (PDB). Tahun lalu, sektor ini berkontribusi 19,88% terhadap PDB.

Ketua Kebijakan Publik Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sutrisno Iwanto mengatakan, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2021 kemungkinan hanya akan tumbuh antara 1,7% sampai 2,5%. Bahkan, "Overall pertumbuhan ekonomi tahun 2021 saya perkirakan di bawah 3%," kata Sutrisno, Rabu (4/8).

Ini lantaran sektor-sektor ekonomi sedang terbelenggu. Selain manufaktur, sektor pariwisata juga menjadi sektor yang paling terpukul penerapan PPKM Darurat, Level 4 maupun Level 3. 

Sutrisno berharap, agar pemerintah segera menurunkan tingkat infeksi baru  Covid-19. Sebab, ekonomi akan tetap mandek jika penyebaran Covid-19 masih terjadi terutama  lewat percepatan program vaksinasi.

"Untuk itu sebaiknya pasar pasokan vaksin Covid-19 mesti diperlonggar, jangan hanya importir tertentu. Dengan demikian pelaku usaha juga bisa berpartisipasi dalam mempercepat proses vaksinasi ini," kata Sutrisno.

Ketua Ketua Bidang Keuangan dan Perbankan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Ajib Hamdani berharap pemerintah tak melanjutkan PPKM Level 3 dan Level 4. Jika kebijakan ini berlanjut, bukan tidak mungkin pertumbuhan ekonomi kuartal III akan mengalami kontraksi yang kemudian menyeret kembali pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini. 

"Harapan pengusaha, PPKM tidak perlu dilanjutkan lagi, dan pemerintah cukup fokus pada protokol kesehatan dan akselerasi vaksinasi," kata Ajib, kemarin. Jika hal ini dilakukan, ia optimistis, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun masih bisa mencapai angka 3,8%.

Baca Juga: Ekonomi masih terganggu, Apindo ramal pertumbuhan ekonomi kuartal III maksimal 2,5%

  • Segera longgar lagi

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta Kamdani juga berharap pemerintah segera memperlonggar kebijakan PPKM agar roda ekonomi berputar lebih kencang.

Ia optimistis, saat PPKM direlaksasi lebih cepat, ekonomi kuartal ketiga tahun ini bisa melebihi angka 4%. Begitu juga dengan periode kuartal keempat nanti.
"Jika sepanjang kuartal keempat pemerintah hanya memberlakukan PPKM level 1 atau tidak ada PPKM sama sekali, pertumbuhan ekonomi (kuartal IV) bisa mencapai 5%," tandas Shinta.

Proyeksi Shinta, tak menutup kemungkinan ekonomi tumbuh lebih tinggi lagi. Dengan catatan bahwa kebijakan pemerintah akan lebih pro konsumsi. 
Misalnya, memperpanjang diskon pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) mobil, pajak pertambahan nilai (PPN) rumah, bahkan potongan PPN secara umum. "Jadi akan sangat tergantung pada relaksasi PPKM juga faktor-faktor stimulus ekonominya," kata Shinta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×