Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Adanya pandemi Covid-19 ini memberi tantangan tersendiri bagi Indonesia untuk keluar dari jebakan negara kelas menengah atawa middle income trap.
Deputi Bidang Ekonomi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Amalia Adininggar mengatakan, tantangan makin besar, apalagi pada tahun 2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami mengalami kontraksi. Terlebih kini Indonesia turun kelas menjadi negara berpendapatan menengah ke bawah alias lower middle income country.
Lantas, untuk bisa kembali keluar dari middle income trap, Indonesia harus bisa mengerek pertumbuhan jauh lebih tinggi. “Butuh pertumbuhan hingga 6% untuk membawa Indonesia keluar dari middle income trap sebelum 2045,” ujar Amalia via video conference, kemarin (4/8).
Amalia mengaku, struktur perekonomian Indonesia saat ini masih belum kokoh. Pasalnya, Indonesia masih mengandalkan komoditas non-olahan dan ekspor dengan nilai tambah yang rendah. Kinerja sektor manufaktur pun masih belum berkembang dengan apik.
Baca Juga: Tanpa program perlindungan sosial, tingkat kemiskinan meningkat menjadi 17,15%
Nah, salah satu kuncinya adalah Indonesia perlu menguatkan industri manufaktur, bukannya sektor jasa. Karena, bila menilik negara-negara lain yang berhasil melewati middle income trap, mereka melalui tahap industrialisasi yang tepat sesuai dengan perkembangan dunia.
Dengan demikian, kuncinya, Indonesia perlu transformasi ekonomi, redesain ekonomi pasca Covid-19 untuk meningkatkan produktivitas dan mengubah struktur dari produktivitas rendah ke produktivitas tinggi.
“Jadi, pilihannya ada dua. Pindah sektor, dari produktivitas rendah ke produktivitas tinggi atau meningkatkan produktivitas di sektor-sektor yang digeluti. Ini menjadi kunci sukses ke depan,” pungkas Amalia.
Selanjutnya: Ekonomi masih terganggu, Apindo ramal pertumbuhan ekonomi kuartal III maksimal 2,5%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News