Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Selama setahun, sejak Maret 2016 hingga Maret 2017, jumlah penduduk miskin Indonesia turun 234.190 orang menjadi 27,77 juta. Meski demikian, dihitung selama enam bulan sejak September 2016 hingga Maret 2017, jumlah penduduk miskin Indonesia.
Sementara secara persentase, jumlah penduduk miskin Maret 2017 mencapai 10,64%, turun tipis dari September 2016 yang sebesar 10,7% dan dibanding Maret 2016 10,86%.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, meski menurun, jumlah penurunan tersebut jauh lebih lambat dibandingkan periode sebelumnya. Penyebab utamanya, yaitu adanya hambatan dalam distribusi beras sejahtera (rastra). Sebab, beras menyumbang kemiskinan sebesar 20% di perkotaan dan 26% di pedesaan.
"Salah satu penghambat yang terjadi karena rastranya agak lambat Januari, Februari, Maret 2017," kata Suhariyanto, Senin (17/7).
Namun di sisi lain, terdapat beberapa faktor penghambat peningkatan jumlah penduduk miskin. Pertama, inflasi di periode September 2016-Maret 2017 2,24% dan Maret 2016-Maret 2017 hanya 3,61% year on year (YoY).
Kedua, upah nominal harian dan upah riil buruh tani September 2016-Maret 2017 masing-masing naik 2,57% dan 0,16%. Upah nominal harian buruh bangunan September 2016-Maret 2017 juga naik 1,51%, walaupun upah riil di periode tersebut turun 0,72%.
Ketiga, secara nasional, harga eceran beras turun 0,11%, daging ayam turun 3,98%, daging sapi turun 0,3%, gula pasir turun 5,06%, tepung terigu turun 0,7%, dan telur ayam ras turun 3,6% sejak September 2016 hingga Maret 2017.
Walau demikian, tetap saja masih ada ketimpangan yang tinggi antar pulau. Persentase penduduk miskin terendah terdapat di Kalimantan sebesar 6,25% dan paling tinggi di Maluku-Papua sebesar 21,45%.
Tak hanya itu, disparitas penduduk miskin di perkotaan dan di pedesaan juga tinggi. di Pulau Jawa, penduduk miskin perkotaan mencapai 7,56%, tetapi di pedesaan mencapai 13,95%. Apalagi di Maluku-Papua, yang jumlah penduduk miskin perkotaan mencapai 5,41%. Sedangkan di pedesaannya mencapai 29%.
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan.
Data BPS menunjukkan, periode September 2016 ke Maret 2017, indeks kedalaman kemiskinan naik dari 1,74 menjadi 1,83. Walaupun periode Maret 2016 ke 2017, mengalami penurunan dari 1,94 menjadi 1,83.
Begitu juga dengan indeks keparahan kemiskinan periode September 2016 ke Maret 2017 yang naik dari 0,44 menjadi 0,48. Walaupun periode Maret 2016 ke Maret 2017, mengalami penurunan dari 0,52 menjadi 0,48.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News