kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.035.000   26.000   1,29%
  • USD/IDR 16.449   10,00   0,06%
  • IDX 7.875   73,62   0,94%
  • KOMPAS100 1.101   12,16   1,12%
  • LQ45 797   3,34   0,42%
  • ISSI 269   3,34   1,25%
  • IDX30 413   2,06   0,50%
  • IDXHIDIV20 479   1,96   0,41%
  • IDX80 121   0,60   0,50%
  • IDXV30 133   1,16   0,88%
  • IDXQ30 133   0,76   0,57%

BPS: Manufaktur sedang membaik, tetapi mikro dan kecil melambat


Kamis, 01 Februari 2018 / 19:50 WIB
BPS: Manufaktur sedang membaik, tetapi mikro dan kecil melambat
ILUSTRASI. INDUSTRI ROKOK


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja manufaktur Indonesia tahun 2017 mulai menunjukkan perbaikan. Pertumbuhan produksi manufaktur besar dan sedang tahun lalu lebih tinggi dibanding tahun 2016. Sayangnya, hal sebaliknya terjadi pada manufaktur mikro dan kecil.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produksi manufaktur besar dan sedang sepanjang 2017 tumbuh 4,74% year on year (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan tahun 2016 yang sebesar 4,01% yoy. Sementara, industri manufaktur mikro kecil tahun 2017 tumbuh 4,74% yoy, jauh lebih lambat dibanding 2016 yang masih tumbuh 5,78% yoy.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, membaiknya industri manufaktur besar dan sedang tahun lalu dibanding tahun 2016 didorong kenaikan produksi industri makanan dan minuman sebesar 9,93% yoy. Industri itu menyumbang 27,09% terhadap total produksi manufaktur besar dan sedang.

"Makanya, kalau ada gejolak industri makanan akan pengaruh ke PDB kita," kata Suhariyanto di kantornya, Kamis (1/2).

BPS juga mencatat, industri lainnya sebagai penyumbang terbesar manufaktur besar dan sedang, mengalami kenaikan. Sektor industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia misalnya yang menyumbang 16,14%, tumbuh 4,02% dengan sumbangan 16,14%. Industri kendaraan bermotor, trailer, dan semi trailer, menyumbang 7,09%, meski tumbuh tipis 0,3%.

Sementara itu, perlambatan pertumbuhan produksi manufaktur mikro dan kecil terutama disebabkan penurunan pada industri pengolahan tembakau sebesar 20,45%. Walaupun industri ini hanya menyumbang 0,4% terhadap keseluruhan manufaktur mikro dan kecil.

Suhariyanto bilang, penurunan itu lebih disebabkan oleh faktor musim panen tembakau. "Ada penurunan produksi pada tiga provinsi yakni NTT, NTB, dan Jawa Tengah, penurunannya hingga 30%. Selain itu, penjualan produk tembakau juga agak rendah," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×