Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Pemerintah akan menggenjot pembangunan infrastruktur tahun ini. Alhasil, kinerja impor akan melesat terutama impor barang modal.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo menjelaskan pemerintah harus mengupayakan kinerja ekspor nonmigas untuk bisa terus tinggi tahun ini untuk mengimbangi potensi pembengkakan impor. Ekspor manufaktur harus bisa ditingkatkan, seperti ekspor minyak kelapa sawit (CPO) dan karet serta turunannya.
Apalagi, menurut Sasmito, negara tujuan ekspor utama Indonesia seperti China, Jepang, dan Amerika akan gencar untuk meningkatkan impor komoditas utamanya seperti CPO dari Indonesia. Meskipun harga masih akan tertekan, namun volume permintaanya masih bisa tinggi.
"Impor akan melonjak drastis. Maka itu, kalau bisa diimbangi, bisa surplus neraca dagang. Kalau tidak, kita masih bergulat bagaimana keluar dari defisit perdagangan," ujar Sasmito, Senin (2/2).
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada bulan Desember 2014 terjadi surplus neraca dagang sebesar US$ 186,8 juta. Total neraca perdagangan Januari-Deember 2014 tercatat defisit US$ 1,89 miliar.
Ekspor pada bulan Desember 2014 tercatat US$ 14,62 miliar atau naik 7,38% dibanding November 2014. Baik ekspor migas dan non migas masing-masing tercatat naik 11,7% menjadi US$ 2,35 miliar dan naik 6,59% menjadi US$ 12,27 miliar.
Apabila dibanding Desember tahun 2013, nilai ekspor US$ 14,62 miliar turun 13,83%. Secara total sepanjang tahun 2014 tercatat kinerja ekspor Indonesia sebesar US$ 176,29 miliar.
Sementara itu, untuk impor terjadi kenaikan 2,8% menjadi US$ 14,43 miliar bila dibanding November 2014. Impor yang naik ini diakibatkan impor non migas yang naik dari US$ 10,57 miliar pada bulan November menjadi US$ 11,05 miliar pada bulan Desember Sedangkan untuk impor migas sendiri turun dari US$ 3,47 miliar menjadi US$ 3,39 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News