Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ada yang berbeda pada bulan Ramadan tahun ini. Pandemi Covid-19 yang masif menekan permintaan dan daya beli masyarakat. Alhasil, inflasi pun tercatat sangat rendah.
Berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi April 2020 sebesar 0,08%. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan inflasi Ramadan di 17 tahun terakhir, alias sejak 2004 silam yang tercatat 1,21%.
Baca Juga: BPS: Harga beras grosir dan eceran naik tipis di April 2020
"Inflasi bulan April 2020 ini bisa dibilang rendah sekali. Tidak biasa untuk bulan Ramadan. Sehingga membuat inflasi tahunan tercatat 2,67% year on year (yoy) dan inflasi tahun kalender sebesar 0,84%," tutur Suhariyanto, Kepala BPS, Senin (4/5).
Melambatnya inflasi pada bulan Ramadan tahun ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, terjaganya pasokan pangan akibat upaya antisipatif pemerintah dalam menyiapkan ketersediaan pasokan pangan sehingga harga stabil dan pasokan mencukupi.
Kedua, adanya penurunan permintaan barang dan jasa dari masyarakat karena adanya penurunan aktivitas sosial yang disebabkan oleh kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) akibat Covid-19.
Ketiga, angka inflasi yang rendah ini mencerminkan penurunan daya beli rumah tangga. Hal ini juga tercermin dari inflasi inti yang tercatat menurun drastis.
Baca Juga: Inflasi April 0,08%, BI optimistis masih sesuai target yang ditetapkan
Adapun inflasi inti April 2020 tercatat 0,17% dan 2,85% yoy. "Biasanya di bulan Ramadan, inflasi inti meningkat karena banyaknya permintaan dari masyarakat tentang barang dan jasa. Pada ramadan kali ini, malah inflasi intinya melemah dibanding Maret yang sebesar 0,29%," tambah Suhariyanto. Sebab itu, kondisi ini patut diwaspadai.
Berdasarkan jenis komoditasnya, inflasi April dipicu oleh kenaikan harga bawang merah dengan andil 0,08%, gula pasir 0,02%, dan emas perhiasan 0,06%.
Sedangkan komoditas penghambat inflasi antara lain cabai merah dengan andil 0,08%, tarif angkutan udara 0,05%, daging ayam ras 0,05%, dan bawang putih dengan andil 0,02%.
Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardana melihat, risiko inflasi sepanjang tahun 2020 adalah keseimbangan yang baik antara disinflasi global akibat jatuhnya harga energi terutama minyak mentah, dan potensi distorsi pasokan karena langkah-langkah dalam menahan penyebaran Covid-19 yang lebih masif.
Baca Juga: Harga ayam broiler mulai menanjak, tapi peternak masih tuntut ini
"Perhitungan kami baru-baru ini menunjukkan bahwa inflasi sepanjang tahun 2020 akan di bawah 3%," kata Wisnu dalam keterangannya.
Proyeksi tersebut juga sejalan dengan optimisme Bank Indonesia (BI) yang memperkirakan inflasi tahun ini berada pada kisaran 3% plus minus 1%. Sehingga, "Kami tidak melihat inflasi menjadi faktor yang dapat mengubah BI pada sikap (kebijakan moneter) akomodatif yang sedang berjalan," tambah Wisnu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News