kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.515.000   10.000   0,66%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

BMKG Beberkan Penyebab Kualitas Udara Tiap Daerah Berbeda


Selasa, 15 Oktober 2024 / 07:00 WIB
BMKG Beberkan Penyebab Kualitas Udara Tiap Daerah Berbeda
ILUSTRASI. Kondisi kualitas udara Jakarta, Kamis (26/9/2024). BMKG mengungkap bahwa kualitas udara di tiap-tiap daerah berbeda. Hal ini disebabkan oleh sejumlah faktor.


Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap bahwa  kualitas udara di tiap-tiap daerah berbeda. Hal ini disebabkan oleh sejumlah faktor pemicu baik buruknya kualitas udara.

Kepala Sub Bidang Informasi Pencemaran Udara BMKG, Taryono menjelaskan, kualitas udara dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain cuaca dan iklim, konsentrasi Particular Matter (PM 2,5) hingga kebakaran lahan.

“Sumatera sama Kalimantan ini nilainya akan cenderung meningkat PM 2,5-nya, apalagi saat berbarengan dengan kondisi kebakaran hutan,” ujarnya di Kantor BMKG, Jakarta, Senin (14/10).

Taryono mengungkapkan, khusus wilayah Jakarta banyak faktor yang mempengaruhi kualitas udara, misalnya dari kendaraan bermotor, aktivitas pabrik di sekitar wilayah Jakarta yang terbawa angin.

Baca Juga: Truk dan Sepeda Motor Penyumbang Emisi Karbon Terbesar di Jakarta

“Kalau Jakarta (kualitas udara) tinggi belum tentu hanya karena faktor lokalnya, tapi bisa juga dipengaruhi oleh faktor di sekitaran Jakarta. Tinggal kita lihat faktor anginnya menuju kemana,” ungkapnya.

Sepanjang bulan Agustus hingga saat ini, kata Taryono, rata-rata harian kualitas udara di Jakarta terpantau tidak sehat. Adapun kualitas udara dikatakan tidak sehat menurut BMKG berada di rentang 55,5 sampai 150 micrograms per cubic meter (µg/m3).

Menurut Taryono, curah hujan sangat mempengaruhi kualitas udara, sebab curah hujan yang tinggi bakal menyebabkan konsentrasi PM 2,5 menurun.

Lebih lanjut, Taryono menambahkan, saat ini BMKG memiliki 27 alat untuk memonitor kualitas udara di berbagai wilayah di Tanah Air. Menurutnya, alat ini berbeda dari alat ukur yang dimiliki pihak swasta yang hanya mengandalkan sensor.

“Masyarakat lebih baik biasakan melihat info (kualitas) dari pemerintah punya BMKG, KLHK atau DLH ketimbang punya swasta. (Alat BMKG) tidak boleh terhalang oleh pohon, harus dipasang diketinggian sekian, itu kita ada aturannya,” tandasnya.

Baca Juga: Bersiap! Dimulai dari Jakarta, BBM Rendah Sulfur Bakal Diluncurkan Bertahap

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×