kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BKPM catat realisasi penanaman modal di kuartal III 2019 meningkat 18,4%


Kamis, 31 Oktober 2019 / 13:01 WIB
BKPM catat realisasi penanaman modal di kuartal III 2019 meningkat 18,4%
Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia sebelum pelantikan menteri-menteri Kabinet Indonesia Maju di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/10/2019).


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi penanaman modal pada kuartal III-2019 mencapai Rp 205,7 triliun, atau meningkat sebesar 18,4% (yoy) bila dibandingkan dengan periode yang sama pada 2018 yang sebesar Rp 173,8 miliar.

Sementara bila dilihat dari periode Januari 2019 - September 2019, penanaman modal tercatat sebesar Rp 601,3 triliun. Ini juga lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 535,4 triliun.

Baca Juga: Larangan ekspor bijih nikel berlaku per 29 Oktober 2019, begini kata Kementerian ESDM

Menurut Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, realisasi ini sudah mencapai 75,9% dari target investasi pada tahun 2019 yang sebesar Rp 792,0 triliun.

"Kami akan mengusahakan agar target tercapai dalam tiga bulan tersisa ini, sekalipun pertumbuhan ekonomi global belum menggembirakan," kata Bahlil pada Kamis (31/10) di kantor BKPM, Jakarta.

Penanaman modal yang masuk pada kuartal III-2019 ini terdiri dari Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 105,0 triliun dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 100,7 triliun.

Pertumbuhan realisasi investasi ini disebut Bahlil ada di luar investasi perbankan, sektor minyak dan gas (migas), asuransi, dan jasa keuangan.

Menurutnya, ini semua berarti pembangunan infrastruktur berupa pembangunan pabrik, kebun, properti, dan industri dinilai berhasil dan sudah mulai membuahkan hasil.

Baca Juga: Penghentian ekspor nikel ore berlaku hari ini

Untuk selanjutnya, investasi akan didorong kepada bidang-bidang yang mampu memberi nilai tambah, salah satu contohnya adalah hilirisasi.

"Apalagi dengan melihat neraca dagang kita yang masih defisit. Ini disebabkan oleh impor kita yang tinggi dan ekspor yang masih non material. Semoga dengan hilirisasi, masalah kita ini bisa terselesaikan," tandas Bahlil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×